Latar Belakang: Pengguna media sosial meningkat dari 3,8 bilyun di tahun 2020 menjadi 4,6 bilyun di tahun 2022. Penggunaan media sosial secara pasif (hanya mengamati dan berinteraksi minim dengan sesama pengguna) dan berlebihan diasosiasikan dengan gejala depresi. Mahasiswa klinik cenderung memiliki tingkat stress yang tinggi dan beresiko tinggi mengalami depresi.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara metode dan durasi penggunaan media sosial dengan kejadian depresi pada mahasiswa klinik Unika Atma Jaya.
Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Partisipan yang memenuhi kriteria inklusi mengisi 3 kuesioner yaitu Active and Passive Use Questionnare (Metode Penggunaan Media Sosial), Kuesioner Durasi Penggunaan Media Sosial, dan PHQ-9 (Depresi). Semua variabel diuji bivariat menggunakan uji analisis chi-square.
Hasil Penelitian: Hasil uji bivariat menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara metode penggunaan media sosial dengan kejadian depresi (p : 0,887) dan durasi penggunaan media sosial dengan kejadian depresi (p : 0,431).
Kesimpulan: Tidak ada hubungan signifikan antara metode dan durasi penggunaan media sosial dengan kejadian depresi pada mahasiswa klinik Unika Atma Jaya. Terdapat lebih banyak mahasiswa klinik yang menggunakan media sosial secara pasif (79,4%) daripada aktif (20,6%). Selain itu, mahasiswa klinik paling banyak menggunakan media sosial selama >30 menit-=3 jam (40,2%) dan >3 jam-=6 jam (40,2%). |