Salah satu sektor yang berkembang dalam Rezim Orde Baru adalah sektor perdagangan. Pedagang Tionghoa telah mulai berada di Indonesia (Nusantara) sejak awal mula sebelum ada proses perdagangan dengan Tiongkok. Mula-mula sebagai misi-misi kerajaan, misi keagamaan, dan misi-misi lain non perdagangan. Perdagangan semakin banyak melibatkan orang Arab, India dan Cina. Di antara etnis non-pribumi tersebut adalah golongan Tionghoa (Cina) menjadi kelompok terbesar. Ketika masa perdagangan muncul, baik yang tradisional maupun modern, maka para pedagang Tiongkok ini diterima oleh warga Indonesia dari segi ekonomi industri, perdagangan, pertanian, kerajinan, dan sebagainya. Penelitian ini menganalisis nilai-nilai etika bisnis multidimensional yaitu centrality of work, self-reliance, hard work, leisure, morality /ethics, delay of gratification dan wasted time yang diterapkan oleh kalangan generasi muda keturunan Tionghoa. Tujuan dari penelitian adalah mencari tahu nilai-nilai etika bisnis orang Tionghoa di kalangan generasi muda keturunan Tionghoa. Metode penelitian menggunakan penelitian kuantitatif, dengan mendeskripsikan hasil data yang diperoleh melalui kuesioner. Menggunakan nilai rata-rata untuk mengetahui hasil data yang diperoleh. Responden yang diambil adalah mahasiswa prodi Administrasi Bisnis Unika Atma Jaya Jakarta. Karakteristik responden yang dibutuhkan sesuai dengan lingkungan kegiatan belajar penulis, dimana banyak mahasiswa yang mengidentifikasi dirinya sebagai orang Tionghoa dan orang tuanya membuka bisnis. Hal ini dapat dijadikan sebagai responden penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai etika bisnis multidimensional berdampak pada kehidupan sehari-hari kalangan generasi muda keturunan Tionghoa di Prodi Administrasi Bisnis Unika Atma Jaya Jakarta. Skripsi ini berkesimpulan bahwa alasan orang Tionghoa dikenal sukses dalam berbisnis ternyata memang dipengaruhi oleh ajaran yang telah dibina oleh orang tua mereka sejak dini. |