PT. Argo Pantes Tbk merupakan perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang bergerak di bidang tekstil dan menghasilkan berbagai jenis benang serta kain, dan salah satu produknya adalah kain grey tipe 4119. Perusahaan ini memiliki masalah pada kinerja produktivitas kain grey 4119. Berdasarkan pengukuran di tahun 2005 perusahaan mengalami penurunan indeks produktivitas total harga berlaku sebesar 1,78% dibandingkan dengan tahun 2004. Di era persaingan dengan usaha sejenis terlebih dengan produk negeri RRC, perusahaan menyadari perlunya upaya perbaikan indeks produktivitas total pada produk ini sesegera mungkin agar dapat bertahan dan meningkatkan daya saingnya mengingat produk ini merupakan produk unggul dan produk paling laku di pasaran. Hasil dari peningkatan indeks produktivitas total dan parsial dapat meningkatkan laba, juga meminimasi jumlah produk reject. Upaya peningkatan indeks produktivitas total kain grey 4119 dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pengukuran indeks produktivitas total dan indeks produktivitas parsial berdasarkan harga konstan di setiap bulannya di tahun 2005 menggunakan metode David.J.Sumanth. Hasil olah data menunjukkan bahwa untuk produktvitas parsial yang tidak baik / parsial negatif terdapat lima(5) kriteria yang nilainya berada dibawah periode dasar atau Januari 2005(100%) yaitu pada parsial bahan baku benang CM40 (90,406%), bahan pembantu kanji (94,673%), tenaga kerja pabrik (88,471%), energi solar (98,090%), serta energi listrik dan air (96,050%). Penyebab terjadinya parsial negatif tersebut adalah menurunnya total keluaran (output) dan meningkatnya biaya parsial (input) dibandingkan periode dasar, dan gejala itu terjadi pada bulan yang sama yaitu Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. Meningkatnya jumlah produk reject yang diikuti menurunnya jumlah produk baik adalah penyebab menurunnya total keluaran dan meningkatnya biaya parsial tersebut. Guna mengetahui akar penyebab produk reject maka dilakukan diskusi dengan pihak perusahaan dan kemudian dibuat fishbone diagram, CFME(Cause Failure Mode Effect), serta FMEA(Failure Mode & Effect Analysis). Hasil pembuatan diagram FMEA memberikan sepuluh(10) usulan peningkatan indeks produktivitas parsial negatif demi peningkatan indeks produktivitas total. Usulan-usulan tersebut dapat diterapkan pada perusahaan serta sudah diprioritaskan berdasarkan RPN(Risk Priority Number) dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dua usulan dengan RPN terbesar yaitu peminjaman kunci sok pengencang baut rol parut pada mesin tenun diberikan kepada semua shift operator disertai penggantian mur topi, juga penambahan ring per dengan RPN 512, dan penggantian supplier benang kembali kepada supplier lama dengan kualitas yang lebih baik dengan RPN 448. Berikutnya kesepuluh usulan tersebut melewati tahapan konsensus Delphi agar kelak usulan yang akan diimplementasikan benar-benar layak menurut ketiga ahli yang berkompeten. Hasil konsensus Delphi mengkondisikan hanya dua (2) usulan yang layak diimplementasikan yaitu peminjaman kunci sok pengencang baut rol parut pada mesin tenun diberikan kepada semua shift operator disertai penggantian mur topi, juga penambahan ring per dan perbaikan/penggantian exhaust fan yang rusak. Hasil akhir dari implementasi didapatkan peningkatan indeks produktivitas total sebesar 12,761%, peningkatan indeks produktivitas parsial energi solar sebesar 23,581%, dan peningkatan indeks produktivitas parsial energi listrik&air sebesar 35,743%.al dalam negeri (PMDN) yang bergerak di bidang tekstil dan menghasilkan berbagai jenis benang serta kain, dan salah satu produknya adalah kain grey tipe 4119. Perusahaan ini memiliki masalah pada kinerja produktivitas kain grey 4119. Berdasarkan pengukuran di tahun 2005 perusahaan mengalami penurunan indeks produktivitas total harga berlaku sebesar 1,78% dibandingkan dengan tahun 2004. Di era persaingan dengan usaha sejenis terlebih dengan produk negeri RRC, perusahaan menyada |