Bank X mengalami permasalahan cukup serius dengan menurunnya laba usaha. Sepanjang paruh pertama tahun 1999 Bank X mengalami kerugian Rp 82,456 milliar. Bank ini sempat goyang dan nyaris tidak dapat beroperasi kembali apabila tidak memperoleh dana rekapitalisasi dari pemerintah dalam bentuk obligasi. Saat ini bank X masih belum beroperasi secara optimum untuk memperoleh laba usaha, sehingga diperlukan tinjauan ulang perencanaan strategik untuk bank X, agar dapat memperoleh laba dan tujuan bank X itu sendiri. Secara Teoritis perencanaan strategik dapat ditinjau melalui penentuan Misi Perusahaan yang baik, selanjutnya dilakukan Analisa Ekternal dan Internal Bank X, setelah itu penentuan tujuan jangka panjang, dan pada akhirnya diperoleh strategi utama. Misi utama perusahaan berusaha untuk membantu pertumbuhan perekonomian Indonesia, dan berusaha untuk memperoleh Return on Assets yang diatas rata -rata industri sejenis dengan berfokus pada perbankan yang bergerak di usaha retil. Dengan kondisi Indonesia yang mulai berangsur-angsur membaik, maka lingkungan eksternal bank X cukup baik dan mendukung sektor keuangan dalam hal ini bank X sendiri. Membaiknya lingkungan ini berarti memberikan prospek yang baik bagi iklim industri perbankan. Sementara itu disisi internal, Bank X mengalami kelemahan yang cukup menyolok, hal ini terlihat dari kerugian yang dialaminya cukup besar, dan kurang dukungan dari sumber daya manusia. Dari kondisi yang ada, yakni bank X berada di lingkungan eksternal yang kuat dan lingkungan internal yang lemah maka terdapat beberapa opsi pilihan strategik menurut Pearce, yakni strategi Konsentrasi pertumbuhan, pekembangan pasar, perkembangan produk, dan strategi inovasi. |