Perilaku seksual permisif pranikah yang dilakukan oleh remaja, khususnya remaja putri di Indonesia adalah hal yang menarik untuk dibicarakan oleh siapa saja. Selain karena berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, hal ini jelas bertentangan dengan pendapat Madjid (1994) yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia sering dianggap sebagai bangsa yang religius (Sadock, 1976; Cox, 1984; Conger, 1991; Surjadi, Pratomo, Handajani & Abikusno, 2001). Selain itu, agama juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya perilaku seksual permisif pranikah, dimana ditemukan oleh Clayton & Bokemier (dalam Faturrochman, 1992) bahwa sikap tidak permisif terhadap hubungan seksual pranikah dapat dilihat dari aktivitas keagamaan dan religiusitas. Namun, temuan ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan dibeberapa kota (Jakarta, Purwokerto, Banjarnegara & Pontianak) dan Survey Perilaku Seksual Kawula Muda yang dilakukan oleh perusahaan kondom DKT Indonesia pada bulan November 2004 yang mengungkapkan bahwa faktor agama tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam perilaku seksual pranikah. Hal ini ditandai dengan tidak adanya perbedaan yang mencolok dalam kepercayaan beragama antara remaja yang belum melakukan perilaku seksual pranikah dengan remaja yang sudah melakukan perilaku seksual pranikah (Sarwono, 2004;dktindonesia). Selain itu, remaja putri juga mengalami konflik psikologis antara kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial terhadap lawan jenis, dengan kebutuhan psikis akan agama berupa kepatuhan pada nilai-nilai religiusnya yang dapat mengarah pada kegoncangan emosinya dan berakibat pada melemahnya keyakinan akan nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya sehingga terjerumus dalam perilaku seksual permisif pranikah. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilihat apakah terdapat hubungan antara religiusitas atau orientasi religius dengan sikap terhadap perilaku seksual permisif pranikah pada remaja putri muslim berpacaran. Penelitian korelasional ini memiliki sampel sebanyak 40 orang remaja putri yang pernah atau sedang berpacaran, dengan rentang usia 17-21 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu convenience sampling. Teknik pengukuran yang dipakai adalah kuesioner orientasi religius yang mencakup empat aspek yaitu, orientasi religius intrinsik, orientasi religius ekstrinsik, orientasi religius proreligius dan orientasi religius anti religius serta kuesioner sikap terhadap perilaku seksual permisif pranikah yang mencakup empat aspek yaitu sentuhan (touching), ciuman (kissing), cumbuan (petting) dan hubungan kelamin (intercourse). Data yang diperoleh dalam penelitian diolah secara kuantitatif dengan menggunakan teknik statistik Pearsons Product Moment. Pearsons Product Moment digunakan karena ingin mengetahui hubungan antara dua variabel (Shavelson, 1996). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik yang signifikan antara orientasi religius intrinsik, ekstrinsik, proreligius secara umum dengan sikap terhadap perilaku seksual permisif pranikah beserta aspek-aspek sentuhan (touching), ciuman (kissing), cumbuan (petting) dan hubungan kelamin (intercourse). Sedangkan, secara umum orientasi religius anti religius tidak memiliki hubungan yang dengan sikap terhadap perilaku seksual permisif pranikah beserta aspek-aspek sentuhan (touching), ciuman (kissing), cumbuan (petting) dan hubungan kelamin (intercourse) dari sikap terhadap perilaku seksual permisif pranikah pada remaja putri muslim berpacaran. Selain itu, juga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara orientasi religius intrinsik dengan aspek sentuhan (touching) dari sikap terhadap perilaku seksual permisif pranikah pada remaja putri muslim berpacaran. Jadi, dapat dikatakan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak untuk orientasi religius intrinsik, ekstrinsik dan proreligius. Sedangkan untuk orientasi religius anti religius Ho diterima dan Ha ditolak. Saran yang dapat diberikan untuk penelitian s |