Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dukungan sosial orang tua dan teman sebaya terhadap pembentukan konsep diri pada remaja penderita Thalassaemia Mayor. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya penderita Thalassaemia Mayor setiap tahunnya, dan penderita yang paling banyak berusia 0-15 tahun. Para penderita Thalassaemia Mayor khususnya yang tergolong dalam usia remaja (usia 12-15 tahun) juga memiliki keinginan untuk dapat tumbuh seperti anak-anak lain yang seusianya. Pada masa ini mereka banyak berinteraksi dengan teman sebaya. Interaksi yang terjalin membantu mereka untuk berkembang dan membentuk kepribadian yang lebih matang. Namun mengingat para remaja penderita Thalassaemia ini harus meluangkan waktunya untuk pengobatan, maka interaksi yang terjalin tidak seintim interaksi yang terjalin oleh anak-anak lain. Supaya mereka dapat tetap berkembang seperti anak-anak lain pada umumnya mereka membutuhkan dukungan. Selain dari teman sebaya, dukungan dari orang tua juga diperlukan saat seorang berada dalam kesulitan (Reliable alliance). Bentuk dukungan yang diperlukan seperti ekspresi rasa sayang dan perhatian dari orang lain (attachment), tersedianya bimbingan dan informasi saat seseorang sedang membutuhkan (guidance). Serta perhatian orang lain terhadap aktivitas sosial seseorang (social integration), serta pengakuan dan penghargaan yang diberikan orang lain terhadap kemampuan yang dimilikinya (Weiss, 1994). Dukungan-dukungan yang diberikan dapat berpengaruh pada gambaran seseorang memandang dirinya. Bagaimana gambaran seseorang terhadap dirinya disebut dengan konsep diri. Konsep diri menurut Fitts (1971) meliputi 4 aspek, 2 dimensi dan 8 komponen. Aspek-aspek itu terdiri dari aspek harga diri, aspek kritik diri, aspek integrasi diri dan aspek keyakinan diri. Alat ukur yang digunakan adalah PSR (Provision of social relations) yang meliputi 5 komponen dari dukungan sosial yaitu reliable alliance, attachment, guidance, social integration, reassurance of worth (Weiss, 1983). Alat ukur yang kedua adalah TSCS (Tennesse Self Concept Scale) yang mencakup 4 aspek, 2 dimensi dan 8 komponen konsep diri (Fitts, 1965). Pada alat ukur yang ke-2 terdapat 4 skor yaitu skor p (aspek harga diri), skor SC (aspek kritik diri), skor V (aspek integrasi diri), dan skor D (aspek keyakinan diri). Teknik statistik yang digunakan adalah analisis regresi linear (Linear Regression Equation One Predictor), dengan demikan tidak ada pengaruh dari dukungan sosial orang tua dan teman sebaya terhadap aspek harga diri remaja awal penderita Thalassaemia Mayor (F = 2.325). Kemudian tidak ada pengaruh dari dukungan sosial orang tua dan teman sebaya terhadap aspek kritik diri pada remaja awal penderita Thalassaemia Mayor (F = 0.020). Diperoleh juga ada pengaruh dukungan sosial orang tua dan teman sebaya terhadap aspek integritas diri pada remaja awal penderita Thalassaemia Mayor (F = 6.464). Kemudian diperoleh ada pengaruh dukungan sosial orang tua dan teman sebaya terhadap aspek keyakinan diri pada remaja awal penderita Thalassaemia Mayor (F = 7.709). Dukungan sosial yang diperoleh subyek dari orang tua dan teman sebaya menunjukkan bahwa dukungan berbentuk support, perhatian, kasih sayang serta finansial mempunyai pengaruh pada subyek. Dengan demikian akan memperkuat keyakinannya dalam menilai dirinya meskipun mempunyai fisik yang lemah. Tidak berpengaruhnya dukungan sosial pada aspek harga diri dan kritik diri menunjukkan subyek dapat melihat kelemahan fisik dirinya, mereka terbuka terhadap kritikan yang diberikan tidak membuatnya menjadi tidak menyukai dirinya sendiri. Hasil penelitian ini tidak dapat begitu saja digeneralisasikan pada populasi luas penderita Thalassaemia Mayor. Oleh karena itu disarankan bagi penelitian selanjutnya adalah mendapatkan lebih banyak sampel yang mencakup berbagai rumah sakit yang menjadi tempat pengobatan Thalassaemia Mayor. |