Peranan orangtua penting bagi perkembangan diri remaja, khususnya pada proses pembentukan identitas sebagai tugas perkembangan utama remaja. Orangtua berfungsi memberikan pandangan, arahan, dan dukungan sehingga kelak remaja dapat berperan secara efektif di dalam masyarakat, dan hal tersebut dapat terjadi jika orangtua memiliki waktu dan kesempatan untuk berkomunikasi. Komunikasi antara ibu-anak dianggap sebagai indikator untuk mengukur komunikasi orangtua dan anak, karena diasumsikan ibu memiliki lebih banyak waktu berada di rumah dibanding ayah, dan juga karena tugas mengurus anak lebih banyak dilimpahkan pada ibu. Sebagai social agent bagi perkembangan keluarga ibu bertugas mengasuh dan membimbing anak serta mengatur urusan rumah tangga. Adapun seiring dengan perkembangan jaman, kini seorang ibu mulai memasuki dunia kerja dan perannya tidak lagi hanya sebagai pengatur urusan rumah tangga dan pengasuh anak saja, tapi juga punya peranan dalam dunia kerja di luar rumah. Perbedaan utama antara ibu bekerja dan tidak bekerja terletak pada banyaknya waktu ibu berada di rumah. Perbedaan ini diasumsikan akan berpengaruh pada kesempatan ibu bertemu dengan remaja. Pada remaja dengan ibu tidak bekerja diasumsikan memiliki kesempatan lebih banyak bertemu dengan remaja, sedangkan pada ibu bekerja memiliki waktu yang lebih terbatas untuk bertemu dengan remaja. Kualitas pertemuan memang penting, tapi kenyataannya pertemuan yang berkualitas akan sulit dicapai jika kuantitas pertemuan kurang dan ditambah lagi keadaan letih ibu sepulang kerja (Chira,2003). Pertemuan yang berkualitas tidak dapat muncul begitu saja, tetap dibutuhkan waktu yang cukup dan proses yang tidak sebentar untuk membentuk kualitas hubungan yang baik. Perbedaan banyaknya waktu dan kesempatan bertemu ini diasumsikan akan berpengaruh pada proses komunikasi, memberikan nasehat, bimbingan, arahan dan pengawasan ibu terhadap remaja, terutama dalam proses eksplorasi diri dan saat menentukan pilihan untuk berkomitmen pada remaja, yang tercermin dalam status identitas yang dimiliki remaja. Status Identitas adalah keadaan perkembangan ego yang dipengaruhi oleh ada atau tidaknya eksplorasi dan komitmen. Status identitas terdiri dari empat status, yaitu: Achievement, Moratorium, Foreclosure, dan Diffusion. Kriteria dari masing-masing status ini diperoleh berdasarkan tingkat eksplorasi dan komitmen. Adapun yang dimaksud dengan eksplorasi adalah proses dimana remaja secara aktif melakukan evaluasi terhadap perkembangan dirinya, masalah-masalah yang berkaitan dengan identitas, lalu mempertanyakan definisi dari tujuan dan nilai-nilai hidup, serta mulai mencari dan menentukan keyakinan, tujuan dan nilai-nilai secara personal, sedangkan komitmen adalah perwujudan keputusan untuk memegang teguh suatu tujuan, nilai, dan keyakinan tertentu, baik yang berasal dari pemikiran diri sendiri ataupun berasal dari pengaruh orang lain. Pada penelitian ini, peneliti ingin menguji mengenai perbedaan status identitas antara dua kelompok, yaitu: remaja dengan ibu bekerja dan remaja dengan ibu tidak bekerja. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Identitas Diri yang merupakan terjemahan dari alat ukur Extended Version of The Objective Measure of Ego Identity Status atau EOMEIS-2 (Bennion & Adams, dalam Yatim, 1990) yang terdiri dari 64 item, yang mencakup aspek ideology yang terdiri dari domain religion, politics, occupation, philosophical life style, dan aspek interpersonal yang terdiri dari domain friendship, dating, ex roles, recreation. Analisis statistik yang digunakan adalah independent sample t-test. Pengujian hipotesis ini dilakukan pada masing-masing status, yaitu status achievement, moratorium, diffusion, foreclosure. Setelah dilakukan analisis data diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada masing-masing status achievement, moratorium, diffusion, foreclosure antara remaja akhir yang ibunya bekerja dan tidak bekerja. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini |