Penilitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan kepuasan perkawinan perempuan bekerja dan perempuan tidak bekerja di Jakarta. Masalah ini menjadi menarik karena meningkatnya tingkat perceraian yang terjadi dan sebagian besar tuntutan berasal dari para istri.
Setiap orang ingin agar pernikahannya bahagia. Jika kepuasan perkawinan tinggi, otomatis orang tersebut akan memegang teguh komitmen perkawinan tanpa ada beban. Jika tidak, Lembaga perkawinan akan dipandang sebagai hal yang menyiksa bahkan dapat menyebabkan perceraian.
Di Indonesia, dari hasil pembicaraan peneliti dengan beberapa konsultan perkawinan, diperkirakan bahwa masuknya perempuan ke dunia kerja merupakan faktor yang mendukung ketidak puasan dalam perkawinan. Hal lain yang juga berpengaruh adalah kesadaran tentang persamaan hak dalam rumah tangga, status sosial, adanya pekerjaan, ada tidaknya anak dalam perkawinan, tingkat pendidikan, faktor sosial budaya, status ekonomi, sifat agama, pemilihan jodoh dan umur perkawinan. Dalam berbagai budaya perkawinan yang bersifat egaliter, dimana pasangan berbagi peran, pasangan justru lebih bahagia. Merasa adanya keseimbangan sehingga mereka mendapatkan apa yang layak diterima dari perkawinan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan rensponden perempuan sudah menikah dan sudah mempunyai anak, berdomisili di Jakarta dengan usia pernikahan 2-15 tahun. Jumlah responden sebanyak 80 orang, dibagi atas dua kelompok. Kelompok pertama perempuan bekerja (40 orang), kelopok ke dua perempuan tidak bekerja (40 orang). Teknik sampling yang digunakan adalah purpossive sampling. Alat ukur yang digunakan ialah kuesioner berupa kuesioner kepuasan perkawinan. Hasil uji coba kuesioner kepuasan perkawinan menunjukkan nilai reliabilitas sebesar 0,8689. Pada kuesioner kepuasan perkawinan, hasil uji coba alat ukur menunjukkan ada 35 item signifikan dari 40 item. Kemudian perbedaan perkawinan pada perempuan bekerja dan perempuan tidak bekerja dianalisa dengan t-test menggunakan bantuan program komputer SPSS 11.0.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kepuasan perkawinan perempuan bekerja dan perempuan tidak bekerja di Jakarta; ada pula perbedaan yang signifikan pada aspek komunikasi, peran-peran yang dijalani dan pemuasan hasrat psikologis oleh pasangan. Namun tidak ada perbedaan yang signifikan pada aspek sosial dan rekreasi, hubungan dengan mertua/ipar, seksual dan pemuasan ekspresi afeksi, hubungan mertua/ipar, keuangan keluarga dan pengasuhan anak. Penelitian ini berguna untuk memberikan masukkan pada pasangan suami-istri untuk meninjau kembali perkawinan mereka agar keharmonisan rumah tangga terus terjaga. Seperti mengembangkan pola komunikasi yang komunikatif dan dua arah dan mengembangkan sikap egaliter dalam rumah tangga. |