Dunia tekstil dalam negeri menghadapi dorongan untuk melakukan perubahan baik secara eksternal maupun internal organisasi. Keberadaan kompetisi global, peraturan pemerintah terhadap kapas impor dan keadaan kondisi ekonomi nasional yang masih buruk menjadi dorongan bagi industri tekstil untuk melakukan perubahan. PT Apac melakukan perubahan struktur sebagai respon dari dorongan yang ada. Perusahaan ini melakukan lebih dari satu kali perubahan struktur sejak tahun 2000.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa pihak perusahaan, diantaranya mengungkapkan adanya gejala penurunan motivasi kerja pada karyawan. Selain itu ada indikasi bahwa karyawan yang mengalami penurunan motivasi. Penurunan tersebut diasumsikan karena sikap menolak mereka terhadap perubahan yang terjadi terlalu cepat, keberadaan job load dan ketidakjelasan jenjang karier. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melihat gambaran hubungan antara sikap terhadap perubahan organisasi dengan motivasi bekerja. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian non eksperimental, dimana variabel-variabelnya tidak dimanipulasi. Secara khusus, penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yang bertujuan untuk melihat hubungan di antara variabel-variabelnya. Ada dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kuesioner sikap terhadap perubahan dan kuesioner motivasi kerja. Kedua kuesioner tersebut disusun sendiri oleh peneliti, berdasarkan pada indikator yang terdapat dalam teori yang terkait. Tehnik sampel yang digunakan adalah purposive sampling, sehingga tidak semua karyawan memiliki kesempatan untuk menjadi subyek penelitian melainkan hanya pada karyawan yang memenuhi karakteristik yang menjadi syarat penelitian. Mengingat ada indikasi bahwa penurunan motivasi dikarenakan ketidakjelasan jenjang karier di perusahaan ini, maka peneliti mengadakan wawancara singkat kepada beberapa subyek penelitian yang mewakili kelompok tertentu dengan menggunakan teori motivasi ERG (existence, relatedness, growth) yang dikemukakan oleh Alderfer. Dikarenakan lokasi penelitian yang berada di Semarang dan keterbatasan jumlah sampel maka penelitian ini hanya akan dilakukan satu kali penyebaran skala dengan system try-out terpakai sehingga dalam proses penelitian ini akan mengunakan sampel yang sama dengan sampel yang digunakan untuk menguji reliabilitas dan validitas alat tes. Data yang diperoleh kemudian dihitung secara statistik, dengan menggunakan teknik korelasi dari Pearson Product Moment.
Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan, kuesioner sikap terhadap perubahan organisasi memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0.8643. Sedangkan kuesioner memiliki koefisien reliabilitas 0.9411. Mengacu pada Anastasi & Urbina (1997) yang menyatakan bahwa koefisien reliabilitas yang dapat diterima adalah yang berada pada rentang 0.8-0.9, maka dapat disimpulkan bahwa kedua alat ukur penelitian ini memiliki reliabilitas yang cukup tinggi. Berdasarkan uji korelasi diperoleh hasil 0,280 dengan taraf signifikansi 0,05 (two-tail), yang berarti pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara antara sikap terhadap perubahan organisasi dengan motivasi kerja pada karyawan PT AIC. Dengan kata lain, bahwa semakin menerima aktif seseorang terhadap perubahan organisasi maka akan diikuti oleh semakin tinggi motivasi kerja yang dimiliki. Berdasarkan penghitungan yang dilakukan ternyata kebanyakan sikap yang dimiliki subyek adalah menerima aktif sedangkan tingkat motivasi kerja yang dimiliki subyek cenderung tinggi. Meskipun dibuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan atara kedua variabel tersebut. Namun hasil penelitian ini selain tidak membuktikan indikasi penolakan terhadap perubahan juga tidak membuktikan adanya gejala penurunan motivasi kerja yang didapat dari wawancara awal. Namun dari wawancara lanjutan dan kuesioner yang disebar, diperoleh data bahwa dari tiga kebutuhan ERG. Hanya kebutuhan relatedness yang terpenuhi. Sedangkan Kebutuhan eksis, |