Anda belum login :: 26 Jul 2025 15:07 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Perbedaan Tingkah Laku Asertif antara Budaya Jawa dan Budaya Batak
Bibliografi
Author:
Hastiarni, Harisetyaningrum
;
Bonang, Engelina Tanzil
(Advisor)
Bahasa:
(ID )
Penerbit:
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Tempat Terbit:
Jakarta
Tahun Terbit:
2004
Jenis:
Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Harisetyaningrum Hastiarni's Undergraduated Theses.pdf
(176.0KB;
150 download
)
Harisetyaningrum Hastiarni's - INTISARI.pdf
(368.34KB;
7 download
)
Ketersediaan
Perpustakaan Pusat (Semanggi)
Nomor Panggil:
FP-596
Non-tandon:
tidak ada
Tandon:
1
Lihat Detail Induk
Abstract
Dalam kehidupan sehari-hari dan dalam hubungan interpersonal, seseorang kadang dihadapkan pada konflik antara keinginan untuk mempertahankan hak pribadi dan keharusan untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Hal ini terjadi karena adanya saling ketergantungan antara individu yang satu dengan yang lain. Individu seringkali mengalami kesalahan dalam menghadapi suatu konflik. Kesalahan yang seringkali dibuat oleh individu adalah dengan berperilaku non-asertif dan agresif. Situasi yang mengandung konflik itulah yang biasanya mendahului individu dalam mengambil keputusan, untuk itu diperlukan suatu bentuk keterampilan sosial tertentu yang membantu individu mencapai tujuannya tanpa melanggar hak-hak orang lain. Bentuk keterampilan sosial yang efektif adalah tingkah laku asertif. Bersikap asertif dapat berarti bersikap tegas yang dilakukan dengan sopan dengan maksud untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat tanpa bersikap agresif atau defensif melainkan secara langsung dan jujur dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain (Guntoro, www.kompas.com, 2002). Salah satu faktor yang mempengaruhi bisa tidaknya seseorang berperilaku asertif adalah budaya. Alberti dan Emmons (1995) mengemukakan adanya peran perbedaan budaya dalam perilaku asertif. Maka itu tujuan dari penelitian ini adalah ingin melihat perbedaan perilaku asertif antara budaya Jawa dan budaya Batak. Budaya Jawa dan Batak dipilih karena ingin melanjutkan penelitian Dewi (1998) yang hasilnya tidak ada perbedaan perilaku asertif antara budaya Jawa dan Batak. Hal ini karena pengambilan sampel dilakukan di Jabotabek. Maka itu pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan di daerah asli masing-masing suku budaya yaitu di Solo dan di Batak.
Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental. Jumlah sampel penelitian adalah 80 orang. Rentang usia yang diambil adalah dewasa muda, 20-40 tahun. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Teknik pengukuran yang dipakai adalah kuesioner.Kuesioner perilaku asertif yang dipakai adalah Rathus Assertiveness Scale (RAS). Teknik Statistik yang digunakan adalah Independent Sampel t-test yang bersifat two-tailed.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa ada perbedaan dalam tingkah laku asertif antara kelompok budaya Jawa dan kelompok budaya Batak. Sebagai analisa tambahan perhitungannya dibandingkan dengan jenis kelamin yang sama pada masing-masing kelompok budaya, hasilnya bahwa ada perbedaan dalam tingkah laku asertif antara kelompok pria Jawa dengan kelompok pria Batak, begitu juga jika dibandingkan dengan kelompok wanita Jawa dengan kelompok wanita Batak. Jika dibandingkan dengan jenis kelamin yang berbeda pada masing-masing kelompok budaya, hasilnya bahwa tidak ada perbedaan perilaku asertif antara kelompok pria Jawa dengan kelompok wanita Jawa, begitu juga dengan kelompok pria Batak dengan kelompok wanita Batak. Meskipun demikian, nilai rata-rata kelompok pria Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata wanita Jawa sedangkan nilai rata-rata kelompok wanita Batak lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompok pria Batak.
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah hendaknya sampel lebih banyak jumlahnya, sehingga hasil penelitian akan lebih dapat digeneralisasikan. Lalu pada penelitian selanjutnya bisa membandingkan suku budaya yang lain selain Jawa dan Batak, dengan demikian dapat diketahui gambaran dan informasi tentang perilaku asertif pada suku budaya yang lain. Selain itu juga dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui mengapa tidak ada perbedaan perilaku asertif jika dibandingkan oleh jenis kelamin yang berbeda, yaitu antara kelompok pria Jawa dengan kelompok wanita Jawa, begitu juga dengan kelompok pria Batak dengan kelompok wanita Batak, dimana nilai rata-rata kelompok wanita Batak lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompok pria Batak.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Lihat Sejarah Pengadaan
Konversi Metadata
Kembali
Process time: 0.09375 second(s)