Anda belum login :: 14 Aug 2025 15:41 WIB
Detail
BukuPerbedaan Persepsi Terhadap Kecerdasan Emosional Remaja Antara yang Memiliki Pola Asuh Orang Tua Autoritarian, Permisif dan Autoritatif (Penelitian Pada 2 SMU di Jakarta)
Bibliografi
Author: Kezia, Loren ; Wibowo, Sudirgo (Advisor)
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2004    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-617
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Selama ini kecerdasan intelektual seringkali dijadikan patokan untuk memprediksi kesuksesan seseorang di masa depan. Oleh karena itu, orang tua berlomba-lomba memasukkan anak mereka ke dalam berbagai kursus dan les untuk meningkatkan prestasi akademik di sekolah. Namun prestasi di kelas atau predikat juara tidak memberikan gambaran apa pun tentang bagaimana seseorang bereaksi dalam kesulitan-kesulitan hidup (Karen Arnold dalam Goleman, 2003). McClelland juga berpendapat bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup (Goleman, 2001). Masih ada faktor penentu keberhasilan lain yang memiliki pengaruh lebih besar daripada hal-hal tersebut, yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional meliputi lima ranah keterampilan yaitu self-awareness, self-control, self-motivation, emphaty dan social competence.
Daniel Stern (dalam Goleman, 2003) berkeyakinan bahwa pelajaran-pelajaran paling dasar akan kehidupan emosional diletakkan pada saat-saat intim orang tua dengan anak di masa-masa awal kehidupannya. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama seseorang untuk mempelajari emosi. Ada ratusan penelitian yang memperlihatkan bahwa cara orang tua memperlakukan anaknya berakibat mendalam dan permanen bagi kehidupan emosional si anak. Diana Baumrind (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengidentifikasi 3 pola asuh orang tua yaitu autoritarian, permisif dan autoritatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi terhadap kecerdasan emosional pada remaja sehubungan dengan pola asuh yang diterapkan orang tua mereka. Dalam penelitian ini juga dibandingkan kelima ranah kecerdasan emosional, untuk mengetahui ranah keterampilan manakah yang memiliki perbedaan signifikan antara remaja yang diasuh dengan ketiga pola asuh tersebut.
Subyek penelitian merupakan siswa dari 2 SMU di Jakarta yang diambil dengan tehnik convenience sampling. Subyek dikelompokkan menjadi 3 kelompok dengan menggunakan kuesioner pola asuh. Kemudian subyek terpilih diukur persepsi terhadap kecerdasan emosionalnya dengan menggunakan kuesioner persepsi kecerdasan emosional yang dibuat berdasarkan teori kecerdasan emosional Daniel Goleman (2003).
Hasil pengujian dengan tehnik one-way ANOVA menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi terhadap kecerdasan emosional yang signifikan antara remaja usia 16-18 tahun yang memiliki pola asuh orang tua autoritatif dengan remaja yang memiliki pola asuh autoritarian dan permisif. Kemudian, ada perbedaan persepsi terhadap self-control yang signifikan antara remaja usia 16-18 tahun yang memiliki pola asuh orang tua autoritatif dengan remaja yang memiliki pola asuh autoritarian dan permisif. Lalu, hasil pengujian juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi terhadap self-awareness, self motivation, emphaty dan social control yang signifikan antara remaja usia 16-18 tahun yang memiliki pola asuh orang tua autoritarian, permisif dan autoritatif.
Berdasarkan hasil penelitian ini juga diketahui bahwa pola asuh autoritatif merupakan pola asuh yang paling baik dalam pembentukan kecerdasan emosional anak. Oleh karena itu disarankan untuk para orang tua sebaiknya menerapkan pola pengasuhan anak yang autoritatif. Demikian juga orang tua hendaknya menyadari bahwa mereka memiliki kontribusi yang besar dalam kesuksesan anaknya di masa depan. Cara mereka mengasuh dan mendidik anak jauh lebih penting dari pada kursus-kursus dan les-les yang mereka haruskan untuk diikuti oleh anak-anaknya.
Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan tehnik pengambilan sampel secara random agar sampel yang diperoleh lebih beragam dan juga menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dalam penelitian. Selain itu, sebaiknya alat ukur kuesioner digabungkan dengan metode pengumpulan data lain seperti wawancara untuk memperoleh data yang lebih akurat.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.109375 second(s)