Wanita berkeluarga yang berwirausaha memiliki dua peran yang harus dijalankan pada saat yang bersamaan. Sebagai seorang wanita berkeluarga mereka dituntut untuk mampu melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan tumah tangga, mendampingi suami serta mengasuh dan membesarkan anak-anak. Peran wanita berkeluarga tangga dalam dunia usaha juga memiliki tuntutan-tuntutan dan tanggung jawab yang tidak kalah berat seperti dalam rumah tangga. Seorang wirausahawan dituntut untuk bisa mengelola usaha dengan baik, mengurus berbagai macam keperluan usaha. Peran sebagai wanita berkeluarga yang berwirausaha termasuk dalam peran majemuk karena pada saat bersamaan menjalankan lebih dari satu peran serta memiliki tuntutan yang berbeda-beda (Stephen & Stephen, 1985). Peran majemuk merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi munculnya konflik peran (Biddle & Thomas, 1966). Wanita berkeluarga yang berwirausaha lebih banyak mengalami work-family conflict dimana konflik peran terjadi karena tekanan dari area pekerjaan dan keluarga tidak saling bersesuaian. Partisipasi dalam berwirausaha mempersulit partisipasi dalam rumah tangga, dan partisipasi dalam rumah tangga mempersulit partisipasi dalam berwirausaha (Duxbury & Higgins, 1991). Konflik peran merupakan salah satu sumber stres yang dialami oleh individu. Stres adalah suatu kondisi dimana individu mengalami tekanan yang melebihi kapasitas penyesuaian dirinya yang kemudian mempengaruhi perilakunya (Lazarus, 1976). Dampak stres pada wanita berkeluarga berwirausaha adalah menurunnya unjuk kinerja dalam usaha dan rumah tangga. Upaya untuk membatasi dampak negatif stres adalah melalui manajemen stres yaitu suatu rangkaian prosedur psikologis untuk mengontrol dan mengurangi stres yang pada akhirnya akan meningkatkan unjuk kerja wanita berkeluarga yang berwirausaha (Greenberg, 2002). Tehnik manajemen stres merupakan intervensi yang dilakukan terhadap model stres. Intervensi ini adalah upaya yang dilakukan untuk menghambat konsekuensi negatif dari suatu sumber stres Greenberg (2002) membagi intervensi menjadi intervensi terhadap situasi, persepsi, relaksasi dan olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wanita berkeluarga yang berwirausaha melakukan manajemen stres untuk mengatasi konflik peran yang mereka alami. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dimaksud untuk mengetahui kedalaman proses serta berusaha untuk memahami sudut pandang dan konteks responden penelitian (Poerwandari, 1998). Dalam usaha memperolah data kualitatif, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara umum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelima responden mengalami konflik peran yang kemudian menjadi salah satu sumber stres yang mereka alami dan untuk mengatasinya maka kelima responden melakukan berbagai bentuk intervensi. Intervensi yang mereka lakukan adalah intervensi terhadap persepsi dengan cara menentukan fokus dan perhatian terhadap suatu masalah, menggunakan humor, mengatasi kecemasan yang dirasakan dengan melakukan tehnik rational thinking dan thought stopping. Intervensi terhadap situasi dengan cara mencari suasana baru, berekreasi, mengatur jadwal dan menentukan prioritas. Intervensi dengan tehnik relaksasi belum sepenuhnya diterapkan oleh para responden karena kurangnya pengetahuan akan tehnik-tehnik yang ada, intervensi dengan berolahraga juga belum diterapkan dan hanya dilakukan oleh satu orang responden. Intervensi yang paling sering digunakan oleh para responden adalah intervensi terhadap persepsi dan intervensi terhadap situasi. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi respon ibu rumah tangga berwirausaha dalam melakukan manajemen stres antara lain faktor spiritual, jenis usaha yang digeluti, dukungan sosial, pengalaman yang sebelumnya dialami, karakteristik individu dan kemampuan kontrol personal. |