Keluarga merupakan kesatuan hidup pertama yang dikenal anak. Dalam keluarga, orangtua adalah sebagai pemikul tanggung jawab kodrati untuk membimbing anaknya. Keluarga dibedakan menjadi dua bentuk sesuai dengan keanggotaannya yaitu, pertama keluarga inti (batih atau nucleusfamily) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak mereka. Sementara yang kedua adalah keluarga besar (extended family) yang terdiri dari keluarga inti, ditambah dengan anggota lain, seperti paman, bibi, mertua dan keponakan yang tinggal dalam satu rumah. Keluarga dikatakan bercerai, apabila salah satu dari orangtua, baik ayah atau ibu tidak lagi menjadi kesatuan hidup tersebut, dikarenakan adanya perceraian. Orangtua baik ayah maupun ibu, mempunyai fungsi masing-masing dalam menunjang perkembangan anaknya. Adanya keserasian antara ayah dan ibu dalam menjalankan fungsinya, akan membantu anak mencapai perkembangan yang wajar, sehingga memiliki kesiapan dalam menanggulangi permasalahannya terutama pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa ketika seseorang berada di usia antara 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, yang penuh dengan ketidakpastian sebagai akibat adanya perubahan fisik dan psikologis, sehingga rentan terhadap permasalahan. Bilamana salah satu fungsi orangtua tidak berperan, dikarenakan tidak adanya ayah ataupun ibu, maka akan menyebabkan adanya ketidakseimbangan pada diri anak dan akibatnya anak dapat tumbuh dan berkembang ke arah yang tidak harmonis dan matang. Salah satu ketidakharmonisan tersebut muncul dalam bentuk kecemasan. Kecemasan merupakan respon emosional yang timbul akibat adanya suatu perasaan tidak nyaman karena adanya pertentangan dalam diri seseorang, perasaan seperti ini biasanya disertai gejala-gejala seperti jantung berdebar, keringat dingin, terganggu saluran pencemaannya dan sebagainya. Dalam penelitian ini ingin dilihat, apakah ada perbedaan kecemasan antara anak dari keluarga utuh dan anak dari keluarga bercerai. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental khususnya komparatif. Sampel yang digunakan adalah remaja awal yang berusia antara 13 sampai 15 tahun yang memiliki latar belakang keluarga utuh dan keluarga bercerai. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang disusun oleh peneliti sendiri. Pengujian validitas pemyataan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment, sementara pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus alpha. Untuk melihat apakah ada perbedaan kecemasan antara anak dari keluarga utuh dan bercerai, digunakan statistik non parametrik dengan rumus Mann-Whitney U Test. Hasil penghitungan statistik menunjukkan tidak ada perbedaan kecemasan antara anak dari keluarga utuh dan anak dari keluarga bercerai. Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya sedikitnya jumlah sampel, akibat terbatasnya wilayah penelitian. Ketidaktepatan dalam penggunaan teori yang lebih banyak berasal dari negara-negara barat, turut menjadi kelemahan dari penelitian ini, karena memberikan gambaran yang berbeda dengan wilayah penelitian, selain itu minimnya penggunaan alat ukur, yaitu hanya kuesioner saja, berakibat pada kurangnya perolehan data yang akurat. |