Wanita seringkali ditempatkan pada posisi yang ditekankan untuk menjadi seseorang dengan penampilan yang menarik. Remaja wanita pun tidak terlepas dari masalah ini, karena kesadaran akan bentuk tubuh yang dimulai sejak masa kanak-kanak semakin diperkuat pada masa remaja. Ini disebabkan karena pada masa remaja terjadi perubahan pada aspek seksual, emosional, kognitif, dan fisik. Remaja mengalami perubahan yang sangat cepat sehingga tubuhnya menjadi bertambah tinggi dan besar. Hal ini menyebabkan masa remaja menjadi masa yang mencemaskan bagi mereka, sehingga mereka selalu mencari cara atau strategi untuk mengatasi perubahan fisik dan emosionalnya. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa remaja wanita lebih mengalami ketidakpuasan dan selalu negatif dalam menilai tubuhnya dibandingkan dengan remaja pria. Kekhawatiran ini menyebabkan para remaja wanita mencoba menyesuaikan diri dengan pandangan dan harapan masyarakat mengenai citra tubuh yang ideal. Seiring dengan perkembangan jaman, penilaian tentang tubuh pun berubah. Dahulu ada anggapan bahwa bertubuh gemuk adalah dambaan setiap wanita. Pada jaman sekarang ini, lingkungan lebih menyukai figur yang tinggi dan langsing. Remaja wanita yang tinggi dan langsing dianggap lebih menarik, indah dilihat, dan dianggap memiliki kepribadian yang menyenangkan dan kualitas positif lainnya. Bagi anak-anak, dan juga sebagian orang dewasa, gambaran diri bermula dari tubuh. Dengan perkataan lain tubuh atau penampilan fisik merupakan bagian dari bagaimana seseorang memandang dirinya serta menampilkan dirinya kepada orang lain (self presentation). Berarti citra tubuh merupakan titik perhatian yang penting, khususnya bagi remaja wanita, karena merupakan bagian dari penggambaran diri dan pembentukan identitas diri. Memiliki citra tubuh yang baik itu sangat penting, khususnya bagi remaja wanita, karena ini berhubungan dengan impression management, yaitu suatu proses dimana orang mengontrol apa yang mereka rasakan tentang dirinya dan dinilai oleh orang lain. Dengan mengontrol apa yang dirasakan tentang citra tubuh yang dimiliki, maka dengan sendirinya self esteem-nya akan meningkat. Self esteem tumbuh dari dua akar utama, yaitu dari pengalaman langsung yang berhubungan dengan kemampuan dan efficacy, yang meyakinkan orang bahwa mereka memiliki kemampuan dan dapat berfungsi efektif didunia dan dari pendapat umum, yang merupakan refleksi penilaian dari orang lain (Harter dalam Baumeister, 1999). Self esteem remaja dibentuk oleh 4 faktor yaitu rasa terikat, rasa unik, rasa berkuasa, dan adanya model atau acuan, dimana keempat faktor ini merupakan bagian dari pencarian identitas diri para remaja (Clemes, 1993). Bila identitas yang merupakan suatu struktur diri berkembang dengan baik, maka remaja lebih menyadari tentang keunikan dirinya dibandingkan dengan orang lain (Marcia dalam Turns & Helms, 1995). Keunikan diri ini bisa berupa penampilan fisik yang diinginkan yang didapat dari perbandingan dengan orang lain. Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan metode korelasional. Subyek penelitian ini adalah SPG (Sales Promotion Girls) yang masih diusia remaja, yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah BES (The Body Esteem Scale) dan CSEI (The Self Esteem Inventory). Berdasarkan uji korelasi dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment, terlihat bahwa ternyata ada hubungan yang signifikan antara citra tubuh dengan self esteem pada SPG. |