Sewa guna usaha (leasing) sebagai salah satu kegiatan usaha yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan tidak terlepas dari masalah kolektibilitas atau kelancaran pembayaran seperti halnya perbankan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh perusahaan pembiayaan didalam meminimalkan potensi pembayaran yang bermasalah seperti misalnya dengan menyempurnakan sistem dan prosedur pemberian kredit. Di dalam tesis ini, penulis ingin mengupayakan suatu cara di dalam meminimalkan potensi pembayaran yang bermasalah dengan memanfaatkan data-data kategori internal perusahaan pembiayaan PT ? XY?. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan tesis ini adalah melakukan analisis terhadap sepuluh variabel bebas dan satu variabel terikat yang terdiri dari data-data kategori tersebut guna mengetahui ada tidaknya korelasi antara setiap variabel bebas tersebut dengan kelancaran pembayaran yang merupakan variabel terikat. Untuk keperluan analisis di atas, dibuat hipotesis untuk setiap variabel bebas yang menyatakan korelasinya dengan variabel terikat. Sedangkan untuk menguji hipotesis ini, penulis menggunakan alat bantu statistik c2(Chi Kuadrat) dengan perhitungan secara manual maupun dengan program statistik Minitab yang diperkuat dengan perhitungan Koefisien Kontinjensi. Dari pengujian c2 tersebut, ternyata terdapat delapan variabel bebas yang berkorelasi dengan kelancaran pembayaran dan dua variabel bebas yang tidak berkorelasi dengan kelancaran pembayaran. Kedelapan variabel bebas tersebut adalah jenis mata uang, metode pembayaran, jenis suku bunga, frekuensi tagihan, tipe tagihan, tipe jumlah pembayaran, tingkat otorisasi, dan jenis industri lessee. Dengan perhitungan persentase dapat ditentukan bahwa setiap satu kategori pada setiap variabel bebas yang berkorelasi tersebut lebih berpotensi menimbulkan pembayaran yang bermasalah dibandingkan dengan kategori lainnya. Kategori-kategori tersebut adalah : jenis mata uang rupiah, metode pembayaran dengan transfer, jenis suku bunga floating (mengambang), frekuensi tagihan kuartalan (tiga bulanan), tipe tagihan di belakang (in arrear), tipe jumlah pembayaran teratur (reguler), tingkat otorisasi yang lebih besar, serta jenis industri lessee tertentu. Sehubungan dengan kesimpulan tersebut, perusahaan dapat berupaya meminimalkan masalah pembayaran dengan meminimalkan atau mengurangi pemberian fasilitas leasing mesin yang mempunyai kategori-kategori yang lebih berpotensi menimbulkan masalah pembayaran seperti di atas, dan atau menganalisis serta melakukan pengawasan dengan seksama untuk pemberian fasilitas-fasilitas leasing mesin yang mempunyai kategori-kategori tersebut. |