Di dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat, perusahaan didorong untuk mengupayakan berbagai cara dan strategi dalam rangka meningkatkan volume penjualan dan mencapai target yang telah ditetapkan, salah satunya adalah dengan melakukan penjualan kredit. Dengan penjualan kredit, perusahaan tidak langsung menghasilkan kas tetapi menimbulkan piutang dagang terlebih dahulu yang pada saat jatuh tempo baru menimbulkan penerimaan kas. Penjualan kredit menimbulkan investasi dalam piutang dagang, sehingga untuk memperkecil resiko atas investasi tersebut perusahaan menetapkan kebijakan kredit. PT. Unilever Indonesia merupakan produsen barang-barang konsumen untuk keperluan rumah tangga sehari-hari dan melakukan penjualan normalnya dengan kredit, untuk itu perusahaan juga menetapkan kebijakan kredit. Dalam penulisan skripsi ini penulis menganalisis bagaimana pengaruh kebijakan kredit yang ditetapkan PT. Unilever Indonesia terhadap likuiditas dan rentabilitasnya. Pengaruh kebijakan kredit terhadap likuiditas dan rentabilitas tergantung dari ketat atau lunaknya kebijakan kredit yang ditetapkan perusahaan. Semakin ketat kebijakan kredit yang ditetapkan, maka likuiditas perusahaan akan semakin rendah, sedangkan rentabilitasnya akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya. Metodologi penelitian yang diterapkan penulis dalam teknik pengumpulan data adalah dengan riset perpustakaan dan riset lapangan, sedangkan dalam pengolahan data penulis menggunakan metode analisis statistik berupa analisis regresi dan korelasi linier sederhana berikut pengujian hipotesis atas keduanya. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan selama lima tahun yaitu dari tahun 1997 sampai dengan 2001. Dari hasil uji hipotesis baik atas koefisien regresi maupun korelasi linier menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat perputaran piutang dengan rasio-rasio likuiditas maupun rasio-rasio rentabilitas di dalam PT. Unilever Indonesia. Hal ini disebabkan karena PT. Unilever Indonesia merupakan podusen barang-barang konsumen (consumer goods), dimana produk-produknya telah dikenal dan dipercaya oleh masyarakat luas, sehingga kebijakan kredit yang diterapkan perusahaan, baik ketat ataupun lunak, tidak berpengaruh terhadap likuiditas dan rentabilitasnya. Karena seberapapun ketatnya kebijakan kredit yang diterapkan, penjualan perusahaan tidak berkurang, tetapi justru meningkat, sehingga piutang dan laba perusahaan juga semakin meningkat. |