Anda belum login :: 02 Jun 2025 06:54 WIB
Detail
BukuTinjauan Penerapan Sistem Activity-Based Costing (ABC) sebagai Alternatif Sistem Biaya di Divisi Injection PT HONORIS INDUSTRY (HI)
Bibliografi
Author: Hartono, Yusuf Hermin ; Salamun, Suyono (Advisor)
Topik: Value Chain; Keunggulan Bersaing; Sistem Akuntansi Biaya Tradisional; Sistem Activity Based Costing; ABC; Cost Driver
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 1999    
Jenis: Theses - Master Thesis
Fulltext: Yusuf Hermin Hartono's Master Theses.pdf (4.37MB; 7 download)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: MM-119
    • Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0)
    • Tandon: tidak ada
    Lihat Detail Induk
Abstract
Sistem Akuntansi Biaya adalah sistem yang dirancang untuk menghasilkan laporan-laporan biaya perusahaan. Sistem ini lebih-lebih dibutuhkan dalam perusahaan manufaktur, di mana unsur harga pokok persediaan dan saldo persediaannya amatlah besar. Tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan manfaat bagi pihak eksternal dan juga pihak internal. Bagi pihak eksternal terutama berkaitan dengan laporan laba rugi yang menunjukkan prestasi perusahaan dalam suatu periode tertentu, dan neraca untuk menunjukkan posisi perusahaan pada saat tertentu. Bagi pihak internal laporan biaya digunakan oleh manajemen perusahaan dalam penyusunan strategi, dan dalam pengambilan keputusan-keputusan. Dalam dasawarsa tahun 90-an, pihak manajemen perusahaan dihadapkan pada tingkat persaingan yang tinggi. Untuk itu perusahaan haruslah mempunyai keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing ini diperoleh melalui keunggulan biaya dan keunggulan differensiasi. Dalam rangka memenangkan persaingan melalui keunggulan biaya, maka tentu saja dibutuhkan laporan biaya yang informatif. Sistem Akuntansi Biaya yang selama ini dipakai rupanya kurang menggambarkan secara jelas wajah biaya perusahaan. Manajemen perusahaan hanya mengetahui bahwa departemen-departemen tertentu atau produk-produk tertentu menyerap sejumlah biaya tertentu. Namun tidak ada penjelasan mengapa harus sejumlah itu, aktivitas apa yang yang menyebabkan keluarnya biaya itu dan apakah memang perlu mengeluarkan biaya sejumlah itu (dalam konteks efisiensi). Pakar manajemen stratejik khususnya Michael E. Porter melukiskan pemikirannya yang indah mengenai value chain. Konsep ini mengatakan bahwa hanya aktivitas-aktivitas yang memberikan nilai tambah kepada pelangganlah yang perlu dilakukan di perusahaan. Sejalan dengan konsep itu pada waktu yang hampir bersamaan timbul pula ide baru dari sisi sistem manajemen biaya yang terkenal dengan sebutan Activity-Based Costing. Activity-Based Costing (ABC) mampu mengimbangi konsep value chain-nya Porter. Dalam ABC, aktivitas-aktivitas tergambar secara jelas di dalam laporan. Manajemen tinggal menggunakannya untuk membuat strategi, memutuskan investasi, menganalisa termasuk untuk analisa internal (strengthens and weaknesses), mengevaluasi kinerja, atau pengendalian biaya. Konsep ABC ini pun amat berguna dalam pembuatan anggaran perusahaan. Selain informatif untuk keperluan stratejik kelebihan ABC yang lain adalah mampu mengalokasikan biaya-biaya tidak langsung yaitu overhead pabrik secara lebih tepat. Selama ini dalam konsep akuntansi biaya tradisional, biaya overhead dialokasikan kepada produk berdasarkan satu dasar pengalokasian (atribusi) saja. Atribusi itu misalnya jam tenaga kerja, jam kerja mesin, atau nilai penggunaan bahan baku. Akibatnya bila volume penggunaan atribusi itu besar, maka biaya overhead yang dibebankan kepada produk menjadi besar pula. Tentu saja ini keliru, sebab sering kali antara biaya yang dialokasikan kepada produk dengan dasar alokasinya tidaklah berhubungan erat. Akibat dari penentuan harga pokok yang tidak akurat, menyebabkan manajemen salah menilai laba dari produk-produk perusahaannya. Suatu produk bisa dinilai terlampau tinggi yang menyebabkan daya saing di pasar melemah, padahal sebenarnya harga pokok produk itu dinilai terlalu tinggi. Sedangkan produk lain mungkin dinilai terlalu rendah sehingga dijual dengan harga yang merugikan perusahaan. PT Honoris Industry (Hl) adalah perusahaan manufaktur penghasil kamera jenis Fuji yang berskala besar. Saingan utama Fuji di dunia adalah Kodak, dan dalam rangka memenangkan persaingan di dunia itu Fuji menanamkan modalnya di Indonesia bekerja sama dengan Modern Group. Kesimpulannya pasar Hl sudah tetap yaitu Fuji Jepang. Sebelum HI memproduksi kamera, dan sebelum Fuji membeli kamera dari Hl, telah disepakati terlebih dulu berapa jumlah kamera yang akan diproduksi, jenisnya apa saja, dan harga jual kameranya berapa. Setelah terjadi penjualan pun, harga jual kamera ini masih bisa dinegosiasikan dengan Fuji Jepang untuk menilai apakah terlalu rendah atau terlalu tinggi. Harga jual kamera dari Hl kepada Fuji sangat berkaitan dengan harga pokok produksinya. Untuk material, Hl tidak perlu memusingkan, karena seberapa pun nilai beli bahan baku dari Fuji Jepang, akan dibebankan kembali pada waktu penjualannya. Untuk tenaga kerja langsung, Hl juga tidak perlu ragu, karena selain harga tenaga kerja di Indonesia masih relatif rendah, pembebanannya kepada produk kamera agak mudah. Jadi Hl hanya perlu memperhatikan unsur overheadnya saja. Hl haruslah efisien dalam biaya-biaya overheadnya karena pasti pihak Fuji menginginkan itu untuk memenangkan persaingannya di dunia. Selain itu Hl juga harus bersaing dengan pabrik Fuji yang lain misalnya di Cina. Untuk membantu manajemen Hl melihat lebih baik apakah aktivitasnya efisien atau tidak, dan apakah datanya akurat, maka penulis mengusulkan penggunaan ABC kepada manajemen Hl. Sebenarnya konsep ABC dapat diterapkan di semua jenis industri, namun untuk penelitian ini penulis hanya membahas di industri manufaktur saja. Metoda penelitian ini adalah melakukan observasi langsung ke pabrik untuk pengidentifkasian aktivitas-aktivitasnya. Juga menggunakan catatan-catatan administrasi pabrik mau pun bagian akuntansi yang berkaitan dengan biaya dan sumber pemicu biaya itu. Selain itu untuk memahami aktivitas-aktivitas proses'produksi, maka dilakukan wawancara. Dengan memiliki gambaran yang jelas itulah penulis melakukan analisa untuk keperluan tesis ini. Sebagai bahan penelitian, maka penulis hanya mengambil satu bagian saja dari serangkaian besar proses produksi kamera. Bagian itu bisa dianggap suatu pabrik plastik (injection) yang berdiri sendiri yang membuat komponen-komponen plastik kamera. Meski pun hanya satu bagian, namun cukup mewakili karena mempunyai proses produksi yang merubah bahan baku berupa biji plastik menjadi barang jadi. Selain itu bagian atau divisi yang menjadi penelitian ini berdiri sendiri dalam arti mempunyai data yang terpisah dari bagian-bagian lainnya. Dari hasil penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa memang terjadi kesalahan yang cukup significant dalam perhitungan harga pokok per unit. Penulis menyarankan menggunakan ABC, dengan mempertimbangkan bahwa pihak perusahaan berpotensi atau mampu untuk menerapkannya.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.09375 second(s)