Aku Dalam Ruang Moral, Memahami Konsep Diri Menurut Charles Taylor  

Oleh:

Jena, Yeremias

Jenis: Article from Journal - ilmiah nasional - tidak terakreditasi DIKTI - atma jaya
Dalam koleksi: Respons: Jurnal Etika Sosial vol. 8 no. 1 (Jun. 2003), page 30-48.
Topik: IDENTITAS DIRI; Identity-Formation; Identitas Diri; Charles Taylor; Konsep Diri
Fulltext: Jeremias Jena.pdf (1.07MB)

Ketersediaan

Perpustakaan Pusat (Semanggi) Nomor Panggil: RR11.3 Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0) Tandon: tidak ada	Lihat Detail Induk
Perpustakaan PKPM Nomor Panggil: R20 Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0) Tandon: tidak ada	Lihat Detail Induk

Isi artikel

Gagasan Charles Taylor tentang aku atau diri (self) dalam ruang moral berangkat dari sebuah kritik terhadap paham natura/isme dan kebudayaan modern. Naturalisme adalah paham yang berpendapat bahwa semua fenomena dapat dijelaskan secara mekanistis, berdasarkan hukum-hukum-hukum alam. Polo berpikir ini menjadi ciri khas masyarakat dan kebudayaan modem. Naturalisme menolak adanya ruang moral. Taylor justru ingin mempertegas eksistensi ruang moral itu. Ruang moral itu merupakan bingkai yang melatan setiap keputusan atau plihan moral yang kita buat. Dan pemahamantentang diri (self) kita, demikian Taylor dipengaruhi oleh 3 kutub pemikiran moral. Pertama adalah kepekaan kita untuk menghormati orang lain. Kedua, pengertian tentang arti hidup yang penuh; dan ketiga, gagasan yang berkenaan dengan martabat manusia. Ketiga kutub ini terdapat dalam hampir semua kebudayaan kendatupun dengan gradasi yang berbeda. Dalam kebudayaan modern, orang tidak lagi menaruh minat untuk mempertanyakan kembali ruang moral yang sesungguhnya harus dipertanyakan lagi. Padahal pertanyoan itu penting karena terkait dengan pertanyaan tentang siapa kita, who we are. Memahami identitas kita, kata Taylor berarti mehami duo aspek yang mempengaruhinya: pertama, titik pijak moral dan spiritual, dan kedua komunitas.

Opini Anda

Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali