Anda belum login :: 19 Jul 2025 01:34 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Etika Keotentikan Menurut Charles Taylor
Oleh:
Sudarminta, J.
Jenis:
Article from Journal - ilmiah nasional - tidak terakreditasi DIKTI - atma jaya
Dalam koleksi:
Respons: Jurnal Etika Sosial vol. 9 no. 1 (Jul. 2004)
,
page 3-21.
Topik:
ETHICS
;
Ethics of Authenticity
;
Etika Keotentikan
;
Charles Taylor
;
Keotentikan
Fulltext:
Sudarminta.pdf
(2.62MB)
Ketersediaan
Perpustakaan Pusat (Semanggi)
Nomor Panggil:
RR11.3
Non-tandon:
1 (dapat dipinjam: 0)
Tandon:
tidak ada
Lihat Detail Induk
Perpustakaan PKPM
Nomor Panggil:
R20
Non-tandon:
1 (dapat dipinjam: 0)
Tandon:
tidak ada
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Tulisan ni merupakan ringkasan dari pandangan Charles Taylor dalam bukunya The Ethics of Authenticity sekaligus dilengkapi dengan tanggapan kritis dari penulis artikel ni. Menurut Taylor ada 3 kemorosotan dalam masyarakat modern, yaitu (1) mengaburnya horison moral akibat individualisme, (2) memudarnya konsep tujuan hidup akibat merajalelanya pertimbangan nalar instrumental, dan (3) hilangnya kebebasan individu karena terpasung oleh struktur masyarakat teknologis-industrial. 3 jenis kemerosotan ni semakin menguatkan sebuah kemerosotan dalam penghayatan tentang keotentikan, Terjadi pendangkalan dalam penghayatan tentang keotentikan, karena keotentikan itu ditafsirkan secara subyektivistik-monologis yang mengabikan aspek dialogis. Menjadi otentik seakan-akan berpusat pada din sendiri, dan melepaskan segala sesuatu yang memberiku cakrawala makna. Inilah budaya keotentikan kaum optimis yang sifatnya narsistik dan hedonistik. Oleh kaum pesimis, penghayatan keotentikan seperti ini dikecam sekaligus ditolak. Menurut mereka, masih ada sesuatu yang lain yang harus diperjuangkan untuk mencapai keotentikan yang sesungguhnya. Namun hal itu mustahil bisa diwujudkan. Karena, menurut mereka, dalam mayarakat yang teknokratis, birokratis, dan kapitalistik, manusia sudah terjebak dalam sebuah keadaan seperti “kurungan besi” yang membuatnya tidak bisa apa-apa. Taylor tidak sepaham dengan dua sikap dan pandangan ini Yang satu optimis tetapi tidak memadai. Yang lain mengidealkan keotentikan yang sesungguhnya tetapi sekaligus bersikap fatalistik. Taylor berada di antara kedua ekstnim in Keotentikan, menurut taylor, beranti bersikap jujur terhadap din kita sendiri. Hal itu hanya dapat tercapai secara utuh kalau kita mengakui bahwa kita adalah bagian dari suatu keseluruhan yang lebih luas.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)