Anda belum login :: 02 Jun 2025 22:15 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Perubahan, pergeseran dan pemertahanan bahasa Palembang
Oleh:
Oktovianny, Linny
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
KOLITA 15 : Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Kelima Belas
,
page 895-899.
Topik:
Perubahan
;
Pergeseran
;
Pemertahanan
;
Bebaso
;
Baso Palembang Seari-ari
Fulltext:
895-899 (Linny Oktovianny - OK).pdf
(261.35KB)
Ketersediaan
Perpustakaan PKBB
Nomor Panggil:
406 KLA 15
Non-tandon:
1 (dapat dipinjam: 1)
Tandon:
1
Reserve
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Masyarakat Palembang merupakan masyarakat multietnis yang sarat memungkinkan terjadinya fenomena kebahasaaan. Hal ini menyebabkan terjadinya kontak bahasa yang tidak dapat dihindari. Perubahan, pergeseran, dan pemertahanan bahasa menyangkut masalah penggunaan bahasa oleh sekelompok penutur yang bisa terjadi akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur lain. Masyarakat Palembang terdiri dari bermacam-macam kelompok etnis. Kebanyakan mereka adalah pendatang-pendatang dari luar Palembang, maka akan menentukan pemakaian bahasa yang akan digunakan. Bila ditinjau dari situasi kebahasaan di kota Palembang dikenal dua dialek (subdialek) yang pernah hidup dan memiliki komunitas pendukung dan ruang pemakaian masing-masing, yaitu: Bahasa Palembang Halus (Bebaso) dan Bahasa Palembang Sehari-hari (Baso Palembang Seari-ari). Bebaso hanya dipergunakan pada lingkup ruang pemakaian dan komunitas yang terbatas, yaitu di lingkungan dan komunitas keluarga keraton (bangsawan) kerajaan Palembang Darusalam. Artinya, pada zaman keraton Bebaso masih ada. Bebaso hanya dipergunakan oleh dan untuk kerabat keraton. Seiring dengan hilangnya takhta kesultan pada tahun 1823, jumlah penutur dan intensitas pemakaian Bebaso secara berangsur-angsur berkurang, walaupun tidak hilang sama sekali. Bahkan beberapa kosa kata Bebaso sudah menjadi perbendaharaan kata masyarakat Palembang pada umumnya dan dipakai dalam komunitas sehari-hari. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perubahan, pergeseran, dan pemertahanan Bahasa Palembang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, secara deskriptif peneliti memberikan ciri-ciri, sifat-sifat serta gambaran data melalui pemilihan data setelah data terkumpul. Pengumpulan data dilakukan dengan (1) pustaka, (2) obsertasi, dan (3) metode simak dengan teknik dasar dan lanjutan. Teknik pustaka merupakan teknik pengumpulan data melalui teks-teks tertulis yang berhubungan dengan data. Teknik observasi dilakukan untuk mengawali dan mencatat secara sistemik gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik dasar berupa sadap sedangkan teknik lanjutan berupa simak bebas libas cakap. Teknik sadap adalah pelaksanaan metode simak dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang/beberapa orang. Teknik simak bebas libas cakap adalah penggunaan data dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan. Analisis data menggunakan metode baca markah dan teknik padan dengan menggunakan teori makna leksikal dan kognitif dengan objek penelitian perubahan, pergeseran, dan pemertahanan Bahasa Palembang Halus (Bebaso) dan Bahasa Palembang Sehari-hari (Baso Palembang Seari-ari). Dalam tahap analisis data dilakukan tindakan dalam bentuk mengamati dan membedah masalah dengan cara-cara khas tertentu dilakukan setelah data yang didapat diklasifikasikan sesuai dengan pokok persoalan yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perubahan, pergeseran, dan perlu pemertahanan Bahasa Palembang.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)