Anda belum login :: 01 Jun 2025 22:19 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Analisis pisuan dalam "bahasa Suroboyoan" (kajian semantik)
Oleh:
Rosyida, Hafidhatur
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
KOLITA 15 : Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Kelima Belas
,
page 823-827.
Topik:
Pisuan
;
suroboyoan
;
penutur
Fulltext:
823-827 (Hafidhatur Rosyida - OK).pdf
(335.81KB)
Ketersediaan
Perpustakaan PKBB
Nomor Panggil:
406 KLA 15
Non-tandon:
1 (dapat dipinjam: 1)
Tandon:
1
Reserve
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Masyarakat Surabaya mempunyai karakteristik budaya yang khas, yaitu bersikap egaliter, terbuka, dan berterus terang. Ketika bertemu, masyarakat Surabaya tidak segan untuk saling menyapa atau menanyakan kabar tanpa membedakan status sosial, usia, maupun hubungan keakraban. Orang yang lebih muda tidak harus menyapa terlebih dahulu orang yang lebih tua karena budaya saling sapa dalam masyarakat Surabaya lebih tertuju pada siapa yang tahu atau melihat terlebih dahulu. Keadaan yang demikian membuat hubungan antar masyarakat menjadi lebih akrab dan terbuka. Ketika masyarakat Surabaya tidak setuju dengan apa yang dikehendakinya mereka akan menyatakan penolakannya dengan lugas dan berterus terang. Demikian pula ketika diminta untuk mengungkapkan pendapatnya tentang sesuatu hal, masyarakat Surabaya akan menyatakan sebenarnya dan apa adanya. Sifat budaya masayarakat Surabaya yang egaliter, terbuka, dan terus terang tersebut mempengaruhi bahasa yang digunakan, sehingga “basa Suroboyoan” dianggap sebagai bahasa yang lugas, spontan, berkarakter, dan berkesan kasar apabila dibandingkan dengan bahasa Jawa standar yaitu bahasa Jawa yang digunakan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Karisidenan Surakarta. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yunani Prawiranegara (2004). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan pemaknaan pisuan “basa suroboyoan” dalam kajian semantik. Pendapat Leech (1796) seperti yang di kutip Abdul Chaer (1994: 294), tentang makna asosiasi menyatakan bahwa: dalam makna asosiasi ini juga dimasukkan juga yang disebut makna konotatif, makna stilistika, makna efektif dan makna kolakatif. Maka dari itu penelitian ini akan lebih fokus pada bentuk-bentuk tuturan pisuan dan pergeseran makna pisuan. Penelitian ini adalah tuturan masyarakat penutur “bahasa Suroboyoan” yang menggunakan kata pisuhan. Seperti anak-anak jalanan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya dan masyarakat sekitar. Maka dari itu penelitian ini bersifat penelitian kualitatif deskriptif karena penelitian berusaha mendeskripsikan atau menganalisis bentuk-bentuk tuturan pisuhan, pergeseran makna pisuan dan pengguna penutur pisuan dalam “bahasa Suroboyoan”.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)