Anda belum login :: 02 Jun 2025 21:59 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Sikap bahasa pelaku usaha terhadap penggunaan bahasa Indonesia pada tempat usaha dan nama produk di kota Makassar
Oleh:
Lukman
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
KOLITA 15 : Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Kelima Belas
,
page 75-79.
Topik:
sikap bahasa
;
pelaku usaha
;
nama produk
;
kota Makassar
Fulltext:
75-79 (Lukman-OK).pdf
(354.02KB)
Ketersediaan
Perpustakaan PKBB
Nomor Panggil:
406 KLA 15
Non-tandon:
1 (dapat dipinjam: 1)
Tandon:
1
Reserve
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan (1) situasi penggunaan bahasa Indonesia sebagai nama tempat usaha dan nama produk, (2) sikap bahasa para pelaku usaha/bisnis terhadap penggunaan bahasa Indonesia pada tempat usaha dan nama produk di Kota Makassar. Penelitin ini sifatnya survai lapangan. Populasi penelitian ini adalah seluruh pelaku bisnis di Kota Makassar yang bergerak pada bidang usaha perhotelan, pengembang, dan kafe . Berhubung karena jumlah populasi tidak diketahi secara pasti, sampel dibatasi pada jumlah sebanyak 90 orang dengan sistem sampel blok dengan menetapkan sebanyak 30 responden terhadap setiap kelaster usaha/bisnis yang dipilih sebagai sumber data. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan kuesioner. Melalui kuesioner dapat dijaring data sikap responden dengan menggunakan skala Likert Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase penggunaan bahasa asing (bahasa Inggris) sebagai nama tempat usaha dan nama produk mengungguli penggunaan Bahasa Indonesia. Hal itu disebabkan oleh sikap dan pandangan mereka yang lebih mengutamakan penggunaan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia karena alasan prestise, kualitas, dan globalisasi. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa sikap bahasa pelaku bisnis di kota Makassar terhadap penggunaan bahasa Indonesia sebagai nama tempat usaha dan nama produk menunjukkan sikap bahasa yang negatif, sedangkan terhadap bahasa Inggris mereka bersikap positif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa undang-undang No. 24 tahun 2009 belum efektif. Itulah sebabnya kajian ini penting dilakukan agar upaya menjadikan bahasa Indonesia menjadi tuan/berdaulat di negeri sendiri dapat diwujudkan.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)