Anda belum login :: 02 Jun 2025 22:16 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Pemerolehan kalimat negasi anak usia prasekolah
Oleh:
Sari, Tia Puspita
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
KOLITA 15 : Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Kelima Belas
,
page 65-69.
Topik:
Negasi
;
prasekolah
;
bahasa Jawa
Fulltext:
65-69 (Tia Puspita Sari - OK).pdf
(332.57KB)
Ketersediaan
Perpustakaan PKBB
Nomor Panggil:
406 KLA 15
Non-tandon:
1 (dapat dipinjam: 1)
Tandon:
1
Reserve
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Secara fisik dan kognitif anak telah dilengkapi dengan kemampuan untuk memperoleh bahasa sejak lahir. Meskipun seorang anak dilengkapi dengan fisik dan kognitif terbaik dari semua makhluk, ia tidak memperoleh bahasa secara tiba-tiba. Anak tidak akan memperoleh bahasa tanpa mendengar bahasa itu sebelumnya (Taylor, 1990:234-236). Pemerolehan dan perkembangan bahasa anak didapatkan secara bertahap mulai dari ia dilahirkan. Proses penerbitan kalimat yang dialami anak juga tidak langsung kompleks bisa mengujarkan kalimat secara utuh, melainkan tahap demi tahap, yakni mulai dari ujaran satu kata (one word utterance) dan ujaran dua kata (two word utterance), kemudian berlanjut pada kalimat kompleks. Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Dalam usia ini anak umumnya mengikuti program anak (3-5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak (TK) (Patmonodewo, 2008:19). Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pemerolehan kalimat negasi anak usia prasekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak libat cakap yang dilakukan langsung oleh peneliti dalam kurun waktu yang ditentukan. Peneliti juga memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan untuk memperoleh data yang diinginkan. Subjek penelitian pada artikel ini adalah Gedong Nur Waskito, yang sehari-harinya dipanggil Ito. Saat ini ia berusia 3;9 tahun dan telah mengikuti kelompok bermain di Desa Blongsong, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Ia lahir dan tinggal di lingkungan keluarga pengusaha atau pedagang yang secara jam kerja tidak terikat waktu seperti pegawai. Bahasa yang digunakan di lingkungan keluarganya adalah bahasa Jawa. Adapun pemakaian bahasa Indonesia digunakan oleh Ayahnya hanya pada saat berkomunikasi dengan rekan bisnisnya. Dengan demikian, bahasa pertama Ito adalah bahasa Jawa. Kalimat negasi dalam bahasa Jawa memiliki konstituen negatif yang meliputi (1) morfem bebas, yaitu ora ‘tidak’, dudu ‘bukan’, dan berbagai variasinya dan (2) morfem bebas yang menyatakan hal lain, menyangkut aspek seperti imperatif, kesertaan, penolakan, larangan dan sebagainya. Kelompok kedua ini diwakili oleh aja ‘jangan’, embuh ‘tidak tahu’, tanpa ‘tanpa’, durung ‘belum’, dan wurung atau urung 'tidak jadi' (Rachmawati, 2013). Pada artikel ini akan dipaparkan kalimat negasi yang digunakan oleh anak usia prasekolah (Ito: subjek penelitian), konstituen negatif yang digunakan dan konteks pemakaian kalimat negasi. Dari hasil penelitian diketahui tentang sejauh mana anak usia prasekolah dapat memakai konstituen negatif dengan tepat sesuai dengan konteks yang sedang beralangsung, serta pemakaian unsur non-verbal yang mendukung konstituen negatif tersebut.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)