Anda belum login :: 16 Apr 2025 11:13 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Analisis penggunaan lumpur pemboran pada formasi gumai shale sumur k-13, s-14 dan y-6 trayek 12 ¼” cnooc ses ltd.
Oleh:
Widiatna, Fadillah
;
Satyawira, Bayu
;
Sundja, Ali
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan diadakan di Universitas Trisakti, Jakarta, 1 Oktober 2015 : Buku 1
,
page 1-7.
Topik:
Hole cleaning
;
mud
;
drillings
;
OBM
;
WBM
;
gumai shale
Fulltext:
203477 - Buku 1 - p 361-367.pdf
(59.47KB)
Isi artikel
Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pemboran yaitu berkaitan terhadap formasi yang reaktif terhadap air, pada formasi tersebut penggunaan lumpur berbahan dasar air dapat menyebabkan suatu masalah seperti swelling clay, hole pack off, bahkan stuck pipe. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisis terhadap kereaktifan formasi terhadap lumpur berbahan dasar air. Dari studi G&G diketahui bahwa target dari reservoir lapangan X berada pada formasi Talang akar dan Baturaja, Jika dilihat dari prognosisnya maka dalam proses pemboran akan menembus formasi Gumai Shale. Formasi itu menjadi perhatian dikarenakan kandungan mineralnya yang reaktif terhadap air. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil Methylene Blue Test, dari pengetesan terhadap contoh cutting, didapat bahwa jenis mineral yang terkandung dalam formasi Gumai Shale adalah mineral Illite, yaitu mineral yang aktif terhadap air. Penggunaan lumpur berbahan dasar air dapat diaplikasikan pada trajektori tertentu, hal tersebut berkaitan terhadap proses mengembangnya clay yang membutuhkan waktu, sehingga pada waktu tertentu clay yang mengembang masih dapat ditoleransi. Menggunaan lumpur berbahan dasar air dapat diaplikasikan pada sumur dengan panjang trayek <3000 ft dan inklinasi yang rendah yaitu < 45 deg. Untuk trajektori yang panjang ( > 3000 ft) dan inklinasi tinggi yaitu > 45 deg dapat menggunakan lumpur berbahan dasar minyak, pemilihan tersebut agar mengurangi kemungkinan terjadinya masalah dalam operasi pemboran. Pemilihan lumpur berdasarkan trajektori pun didasari oleh masalah yang biasanya terjadi, seperti masalah Hole Cleaning. Karena apabila Hole Cleaning tidak berjalan dengan baik maka penggunaan lumpur akan tidak maksimal. Untuk trayek 12 ¼” laju pompa sirkulasi yang baik yaitu diatas 1100 GPM, apabila dibawah laju tersebut pengangkatan Cutting akan tidak maksimal dan dapat menyebabkan penumpukan Cutting pada lubang Annulus. Untuk membuat satu barrel lumpur berbahan dasar air dibutuhkan biaya $50 - $70, sedangkan untuk lumpur berbahan dasar minyak dibutuhkan biaya hingga $280. Jika dilihat dari biaya per barrel tentu lumpur berbahan dasar air lebih murah, namun pada kenyataannya ekonomis tidaknya penggunaan lumpur tergantung pemilihan yang tepat pada suatu keadaan. Apabila dilihat dari lama penggunaan, lumpur OBM akan lebih ekonomis dibanding WBM karena dapat digunakan kembali untuk pemboran selanjutnya, sedangkan untuk WBM hanya digunakan untuk satu kali pemboran.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)