Anda belum login :: 16 Apr 2025 22:51 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Penolakan Mengancam Muka
Oleh:
Sukmawan, Ramdan
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
KOLITA 14 : Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Keempat Belas
,
page 311-314.
Topik:
Penolakan
;
Muka
;
Wayang golek
Fulltext:
hal 311-314.pdf
(18.75MB)
Ketersediaan
Perpustakaan PKBB
Nomor Panggil:
406 KLA 14
Non-tandon:
1 (dapat dipinjam: 1)
Tandon:
1
Reserve
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Menolak pada realisasinya bukan hal yang mudah untuk dilakukan karena pada praktiknya menolak haruslah selaras dengan prinsip-prinsip kesantunan yang dianut seseorang. Pada kenyataannya, penutur dapat melakukan penolakan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu aspek-aspek kebahasaannya agar dapat diterima dengan baik oleh mitra tuturnya. Maksudnya bahwa penolakan yang diungkapkan tidak menyinggung perasaan mitra tuturnya. Sebenarnya, ketika seseorang melakukan penolakan tindak tutur yang diutarakannya mengancam muka mitra tuturnya karena penolakan merupakan sebuah upaya yang dilakukan penutur untuk tidak memenuhi apa yang diinginkan mitra tuturnya (Sukmawan, 2014:180). Dengan tidak terpenuhinya apa yang diinginkan mitra tutur, maka penolakan yang dilakukan dapat mengancam muka, baik muka negatif maupun muka positif. Berbicara mengenai muka, Brown dan Levinson (1987) menyatakan bahwa muka negatif adalah keinginan individu agar setiap keinginannya tidak dihalangi oleh pihak lain, sedangkan muka positif adalah keinginan individu agar dapat diterima olah pihak lain. Makalah ini berusaha untuk mendeskripsikan penolakan tokoh-tokoh pewayangan yang dapat mengancam muka, baik muka negatif maupun muka positif. Untuk pengumpulan data digunakan metode simak yang merupakan metode dalam penyedian data yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa khususnya pada tuturan penolakan yang mengancam muka, baik muka negatif dan muka positif dalam cerita wayang golek. Adapun untuk tekniknya dilakukan teknik sadap, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik sadap dilakukan dengan menyimak percakapan para tokoh dalam cerita wayang golek yang diwujudkannya dengan penyadapan pembicaraan disertai teknik rekam dengan merekam percakapan para tokoh pewayangan. Selanjutnya, data utama yang merupakan hasil rekaman dari percakapan para tokoh tersebut diolah melalui proses transkripsi sehingga didapatkan data yang berupa teks yang berisi penggalan dialog-dialog percakapan para tokoh pewayangan. Data inilah yang pada akhirnya dipakai dan menjadi bahan telaahan. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan jalur kerja metode padan subjenis kelima, yaitu alat penentunya mitra tutur (Sudaryanto, 1993). Sumber data diambil dari cerita wayang golek yang bersifat pakem dan Sempalan. Pakem adalah struktur cerita yang sesuai dengan standar cerita wayang dan sempalan adalah struktur cerita dalam wayang yang jauh ke luar dari standar cerita pakem (Kuning, 2011). Untuk cerita pakem diambil dari cerita wayang golek yang berjudul Trijaya Sakti, Sukma Sajati, dan Sayembara Dewi Kunti dan untuk yang bersifat sempalan diambil dari cerita Dawala Jadi Raja dengan dalang Asep Sunandar Sunarya.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0 second(s)