Anda belum login :: 04 Jun 2025 06:04 WIB
Detail
ArtikelTindak Meminta Maaf Dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia Oleh Pembelajar Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta  
Oleh: Kartika, Diana
Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: KOLITA 14 : Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Keempat Belas, page 182.
Topik: Tindak tutur; Kata ungkapan meminta maaf; Tingkat kesopanan; Pembelajar Indonesia; Bahasa Jepang
Fulltext: hal 182.pdf (18.75MB)
Ketersediaan
  • Perpustakaan PKBB
    • Nomor Panggil: 406 KLA 14
    • Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 1)
    • Tandon: 1
   Reserve Lihat Detail Induk
Isi artikelBahasa adalah salah satu alat komunikasi yang paling banyak digunakan oleh manusia. Manusia berkomunikasi untuk menyampaikan maksud dan tujuannya kepada orang lain. Selain itu, dalam berkomunikasi, banyak hal yang harus diperhatikan agar terjalin hubungan yang baik antar manusia, contohnya dalam hal sopan santun. Sopan santun sangat diperlukan terutama untuk mengungkapkan permohonan maaf, agar pihak yang merasa dirugikan tidak tersinggung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pembelajar Bahasa Sastra Jepang tingkat III Universitas Bung Hatta dalam menyampaikan tindak tutur ungkapan meminta maaf dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia dengan bahasa dan latar belakang budaya yang berbeda. Penelitian ini memakai teori Pateda (1987) tentang delapan komponen yang perlu diperhatikan ketika terjadi peristiwa tutur SPEAKING (Setting and Scene, Participant, End, Act Sequence, Key, Instrumentalist, Norm of Interaction and Interpretation, and Genre). Teori ini juga didukung Scollon dalam Bima Anggraini (2008) bahwa dalam tindak tutur meminta maaf Power (P) serta Distance (D) antara penutur dan petutur juga berpengaruh dalam proses memohon maaf dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk mengungkapkan permohonan maaf dalam Bahasa Indonesia, meminta maaf hanya menggunakan satu kata yaitu “maaf”. Kata “maaf” dalam Bahasa Indonesia kadang juga disertai dengan alasan oleh penutur agar terlihat lebih sopan kepada orang yang telah dirugikan olehnya. Sedangkan, dalam Bahasa Jepang yang digunakan dalam percakapan sangat tergantung pada perasaan, kondisi dan kepada siapa permintaan maaf itu ditujukan, seperti “sumimasen” atau “sumimasen deshita”, bahkan “moushiwake gozeimasen deshita” kepada dosen atau orang yang lebih dihormati, “gomen ne”, “shikei” atau “shitsuresimashita” kepada sesama mahasiswa atau senior. Namun di dalam penelitian ini juga ditemukan beberapa kesalahan dalam penggunaan kata ungkapan meminta maaf yang kurang sesuai dengan tingkat kesopanannya dalam Bahasa Jepang.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)