Anda belum login :: 16 Apr 2025 06:23 WIB
Detail
ArtikelPotret Pengajaran Bahasa dan Sastra Jawa Dewasa ini di Sekolah  
Oleh: Sudharto
Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: Proseding pembinaan dan pengajaran: kongres bahasa Jawa ke-3 2001, page 395-407.
Ketersediaan
  • Perpustakaan PKBB
    • Nomor Panggil: 499.22022 TIM p
    • Non-tandon: 2 (dapat dipinjam: 1)
    • Tandon: tidak ada
   Reserve Lihat Detail Induk
Isi artikelKurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa tahun 1994 untuk wilayah Propinsi Jawa Tengah sebenarnya telah berupaya menerapkan pola dan pendekatan baru dalam pembelajaran bahasa Jawa. Indikatornya antara lain diprogramkannya pendekatan komunikatif, yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada peningkatan kemampuan/keterampilan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Jawa. Pembelajaran kosa kata diajarkan dalam konteks wacana, dipadukan dengan kegiatan pembelajaran percakapan, membaca, menulis, mendengarkan dan apresiasi sastra. Huruf Jawa diajarkan mulai kelas III SD sampai kelas III SLTP dengan titik berat membaca huruf Jawa bukan menulis huruf Jawa. Dengan pola dan pendekatan baru ini diharapkan proses pembelajaran Bahasa Jawa si SD dan SLTP lebih menarik dan fungsional dalam arti memberikan pengetahuan dan keterapilan berbahasa Jawa yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Sayang buku teks murid dan suasana pembelajaran di kelas masih belum mendukung tercapainya tujuan tersebut. Banyak buku yang beredar dan dipergunakan di sekolah masih menggunakan pola dan pendekatan gramatikal dan bahan ajar yang tidak fungsional seperti mengajarkan istilah teknik paramasastra, menghafalkan kata yang frekuensi kemunculannya dalam pergaulan jarang, antara lain nama daun, biji, anak hewa, tempat tinggal, tembung entar, dan tembung garba. Ada juga bahan sastra yang kurang tepat antara lain tembang macapat yang sukar dipahami lebih sering muncul daripada geguritaan yang sederhana, prosa dengan pilihan kata yang sulit (janturan pada wayang)dan lain-lain. Ketersediaan buku untuk murid yag sesuai dengan kurikulum juga sngat sedikit. Pemerintahan Propinsi baru mampu menyediakan 1 buku untuk 1 kelas. Alat peraga nyaris tidak ada. Buku rujukan/pegangan guru tidak tersedia di sekolah secara memadai. Profesionalita guru memprihatinkan, antara lain karena penataran tentang bahasa Jawa baik untuk guru kelas maupun guru mata pelajaran amat ajaran dilaksanakan Pemerintah. Kondisi tersebut sangat wajar jika mengakibatkan proses pembelajaran bahasa Jawa pda umumnya kurang efektif, kurang menarik, memberatkan siswa, kurang fungsional, sehingga mata pelajaran bahasa Jawa menjadi "momok". Akibat selanjutnya banyak orang tua yang berpendapat tidak ada gunanya mata pelajaran bahasa Jawa di sekolah. Dalam pada itu ternyata orang tua yang sangat membutuhkan adanya mata pelajaran bahasa Jawa belum bisa berbuat banyak baik di rumah maupun di sekolah. Kondisi tersebut harus diatasi karena supaya memelihara bahasa Jawa adalah amanat konstitusi. Upaya ini antara lain masing-masing keluarga di rumah membiasakan berkomunikasi dengan bahasa Jawa yang benar, menyediakan bahan bacaan berbahasa Jawa, membatu sekolah memfasilitasi pembelajaran bahasa Jawa, pemerintah menyedikan anggaran untuk penataran bahasa Jawa secara terprogram ; guru-guru berusaha untuk meningkatkan kemampuan profesional melalui pertemuan kesejawatan di kelompok yang memungkinkan, izin penggunaan buku murid diperketat dengan acuan pendekatan komunikatif; menyediakan buku rujukan dan buku pegangan guru.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)