Anda belum login :: 04 Jun 2025 10:26 WIB
Detail
Artikel"Jenggelekipun" Basa-basa Daerah Woten Tengahing Globalisasi: Refleksi Pengalaman ing Eropa Ian Ing Indonesia  
Oleh: Weiler, Christian Gross
Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: Proseding kebahasaan: kongres Bahasa Jawa ke-3 2001, page 65-83.
Ketersediaan
  • Perpustakaan PKBB
    • Nomor Panggil: 499.22022 TIM p
    • Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0)
    • Tandon: 1
    Lihat Detail Induk
Isi artikelMakalah ini membandingkan antara situasi bahasa Jawa di Indonesia dengan dialek-dialek dan bahasa-bahasa daerah di Eropa, secara khusus dialek Jerman Selatan dan bahasa Retorumantsch di negeri swis. Sejak abad ke-9(di Eropa) dan awal abad ke-20 (di Indonesia) nasionalisme berupaya menghilangkan bahas-bahasa daerah demi bahasa nasional; industrialisasi serta faktor-faktor lain mendukung upaya tersebut. Apalagi pada rea globalisasi ini ada pelbagai perkembangan yang mencampurkan dan menyeragamkan bahasa dan budaya di seluruh dunia. Dalam bidang bahasa, bahasa Inggris dianggap sebagai satu-satunya bahasa internasional yang semakin banyak dipakai di pelbagai negara. Tetapi akhir-akhir ini penulis mengamati juga semancam anti-klimaks: Suku-suku semakin menyadari jati dirinya, termasuk bahasanya. Ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari pengalaman bahasa Retorumantsch di Swiss. Pertama, faktor-faktoryang mengancam bahasa Jawa hampir sama dengan masalah-masalah yang dialami oleh bahasa Retorumantsch . Kedua, di tanah Jawa seperti di tanah Rumantsch orang tua perlu disandarkan bahwa pendidikan dwi-bahasa tidak menjadi penghalang melainkan malah mendukung pendidikan anak-anak. Ketiga, Lia Rumantscha sebagai lembaga tetap bisa jauh lebih aktif dibandingkan kongres bahasa Jawa yang hanya diadakan lima tahun sekali. Sebenarnya orang jawa juga perlu TK berbahasa Jawa yang hanya diadakan lima tahun sekali. Sebenarnya orang Jawa juga perlu TK berbahasa Jawa, program penerbitan buku, kursus untuk pendatang seperti yang diadakan oleh Lia Rumantscha di Swis. Oleh sebab itu pelembagaan Kongres Bahasa Jawa perlu dipikirkan. Keempat, sama seperti bahasa Retorumantsch, demikian juga bahasa Jawa perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat modern. Kelima, kendatipun Kongres Bahasa Jawa ingin mengembangkan bahasa Jawa yang semakin baik, namun khususnya terhadap generasi muda sesepuh Jawa sebaiknya mengambil sikap: " lebih baik orang memakai bahasa Jawa yang buruk daripada tidak memakai bahasa jawa sama sekali". keenam , biarpun Republik Indonesia tidak merupakan negara federal seperti negara Swis dapat diharapkan bahwa otonomi daerah pada zaman reformasi juga semakin memberi kebebasaan dan bahkan peranan bagi bahasa-bahasa daerah. Ketujuh yang diharapkan adalah budaya multibahasa, yang memberi hak sewajarnya bagi bahasa daerah, bahasa nasional dan bahasa internasional. Kedelapan, pada era globalisasi kongres bahasa Jawa perlu bekerja sama dengan organisasi sejenis, misalnya dengan Lia Rumantscha. Atau paling tidak membentuk jaringan kerja dengan lembaga bahasa daerah lain di Indonesia.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0 second(s)