Anda belum login :: 02 Jun 2025 19:42 WIB
Detail
ArtikelNetralisasi Kosakata Ngoko ke Krama dalam Bahasa Jawa dan Pola Pikir Penuturnya  
Oleh: Sumarlan, Sri
Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: Proseding kebahasaan: kongres Bahasa Jawa ke-3 2001, page 53-63.
Ketersediaan
  • Perpustakaan PKBB
    • Nomor Panggil: 499.22022 TIM p
    • Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0)
    • Tandon: 1
    Lihat Detail Induk
Isi artikelTulisan ini mengkaji masalah netralisasi kosakata ngoko ke krama dalam bahasa Jawa serta keterkaitannya dengan pola pikir masyarakat penuturnya. Dari hasil kajian itu di sini ditemukan 4 macam pola netralisasi kosakata, yakni (1) N2~K1 , (2) N2~K2~KI1, (3) N2~K1~KI2 , dan (4) N2~M2~K1 (N: ngoko, M: madya, K: krama, dan KI: krama inggil ) pola (berarti dua atau lebih kosakata ngoko dinetralisasikan ke dalam satu kosakata krama, pola (2) berarti dua atau lebih kosakata ngoko yang berpadanan dengan dua atau lebih kosakata krama dinetralisasikan ke dalam satu kosakata krama inggil, demikian seterusnya untuk pola netralisasi yang lain. Pengkajian lebih lanjut terhadap pola-pola netralisasi tersebut dapat membuktikan secara empiris dan secara matematis bahwa setiap kosakata krama atau kram inggil selalu berpadanan dengan satu atau lebih kosakata ngoko; sebaliknya setiap kosakata ngoko tidak selalu berpadan dengan satu atau lebih kosakata kram atau krama inggil. Dengan demikian terbukti pula bahwa jumlah kosakata ngoko jauh lebih banyak dibandingkan dengan kosakata krama dan krama inggil. Berkaitan dengan pola pikir penuturnya, bahasa Jawa ngoko cenderung bersifat lugas, jelas, dan eksplisit sehingga lebih mudah dipahami oleh mitra tutur. Sifat seperti itu mencerminkan pola pikir yang kreatif, akurat , dan teliti. Sementara itu , bahasa Jawa krama mempunyai sifat kurang kreatif dan kurang produktif . Bertolak dari pemikiran di atas , dapat diprediksikan bahwa masyarakat Jawa abad 21 cenderung akan memilih dan menggunakan tingkat tutur ngoko alus dari sekian macam pilihan tingkat tutur yang ada selama ini. Tingkat tutur ngoko alus dipilih justeru karena tingkat tutur tersebut mencerminkan masyarakat baru yang demokratis tanpa harus menghilangkan keluhuran budi pekerti.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.046875 second(s)