Dalam melakukan perhitungan fair market price saham perusahaan, ada beberapa metode atau cara yang dapat digunakan. Metode atau cara itu adalah metode Earning Per share (EPS), metode dividen dan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM). Penulis menerapkan metode Earning Per Share (EPS) dan metode dividen dalam menentukan besarnya fair market price saham perbankan yang telah go publik di Bursa Efek Jakarta. Salah satu perusahaan itu adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Alasan diambilnya perusahaan ini karena penulis ingin mengetahui prospek saham perbankan milik pemerintah yang pertama melakukan go publik. Sementara ada kecenderungan bahwa saham BUMN akan memberikan capital gain yang cukup besar. Dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa selama tahun 1996 saham perusahaan dapat memberikan gain yang cukup tinggi hingga sebesar 53%. Sedangkan pada tahun 1997 dan 1998, akibat adanya krisis moneter harga pasar saham perusahaan terpuruk jatuh. Peranan psikologis pasar cenderung mendominasi aktifitas perdagangan saham perbankan pada periode ini. Hal tersebut tercermin dalam turunnya PER industri perbankan. Berubahnya kebijakan fiskal dan moneter juga turut mempengaruhi hasil perhitungan fair market price Bank BNI. Sehinggga akibat yang dirasakan dari kelesuan pasar saham sangat mempengaruhi kinerja saham Bank BNI. Begitu pula halnya dengan kondisi perusahaan yang mengalami kerugian yang cukup besar, sehingga menghasilkan EPS dan PER negatif mengakibatkan harga pasar saham Bank BNI merosot tajam hingga dibawah nilai nominalnya. |