Sejak terjadinya Krisis Ekonomi (Moneter) yang diawali dengan melonjaknya nilai tukar rupiah terhadap dolar antara bulan Juli/Agustus 1997 yang menyebabkan naiknya harga-harga barang kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya, hal ini membawa dampak yang sangat serius terhadap daya beli masyarakat. Namun secara ekonomis kemampuan masyarakat itu berbeda-beda, sehingga untuk mengetahui daya beli masyarakat mana yang akan dilihat maka penulis memilih masyarakat ekonomi menengah, karena penduduk Jakarta pada umumnya mempunyai tingkat ekonomi menengah. Oleh karena itu, penelitian ini bertemakan; The Behavior of Middle Class Economic Society in Monetary Crisis Condition on Major Needs Buying Behavior. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dampak krisis moneter yang terjadi, untuk mengetahui perubahan perilaku pembelian, dan untuk mengetahui seberapa jauh masyarakat ekonomi menengah mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Dengan mempergunakan metode penelitian pendekatan longitudinal, yang dimaksudkan untuk meneliti aspek perilaku konsumen yang terjadi dalam beberapa periode waktu tertentu, penulis mengedarkan kuesioner kepada sebanyak 100 orang responden yang tersebar di 5 wilayah Jakarta, dan sebagai hasil penelitian didapatkan bahwa para konsumen masyarakat ekonomi menengah perilaku pembeliannya mengalami perubahan yang dikarenakan tidak berubahnya penghasilan, namun pengeluaran menjadi lebih besar sebagai akibat kenaikan harga, sehingga lebih dari setengahnya masyarakat ekonomi menengah sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan lain non-kebutuhan pokok. Dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui persepsi konsumen dalam kondisi seperti sekarang ini adalah sangat penting agar para produsen dapat memberikan pilihan barang substitusi (pengganti) sebagai alternatif lain, dan pemerintah agar berusaha memulihkan keadaan ekonomi yang sedang dilanda krisis ini. |