Anda belum login :: 22 Jul 2025 08:16 WIB
Detail
ArtikelNilai Budaya dalam Tindak Tutur Meminta Maaf  
Oleh: Wardani, Maria Magdalena Sinta
Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: Semiotik, Pragmatik dan Kebudayaan: Kumpulan makalah seminar, page 1-11.
Topik: pragmatik; tindak tutur; minta maaf; nilai budaya
Fulltext: Maakalah Maria Magdalena S.W..pdf (97.97KB)
Isi artikelFungsi interpersonal bahasa muncul dalam tindak tutur meminta maaf. Selain sebagai bagian dari praktik kesantunan bahasa, tindak tutur meminta maaf menarik untuk dibahas karena merupakan sarana rekonsiliasi, yakni untuk memulihkan hubungan interpersonal. Dalam tindak tutur tersebut tercermin dimensi budaya masyarakat penuturnya. Terkait kebudayaan, kaum relativisme berpandangan bahwa nilai, fungsi, dan pola dari kebudayaan yang berlaku pada suatu daerah kebudayaan, belum tentu berlaku di daerah kebudayaan lain. Perbedaan ini juga tampak dalam pemilihan ekspresi linguistik. Pada masyarakat budaya Jawa, ekspresi linguistik meminta maaf yang dipilih berupa tindak tutur ilokusi direktif yang berwujud tuturan imperatif permintaan dengan memanfaatkan bentuk linguistik “njaluk pangapura” (bahasa Jawa Ngoko) atau “nyuwun pangaksama” (bahasa Jawa Kromo) yang artinya ‘minta maaf’. Hal ini berbeda dengan ekspresi linguistik meminta maaf pada masyarakat budaya Flores yang berupa tindak tutur ilokusi direktif yang berwujud tuturan imperatif larangan dengan memuat frasa “lopa moro” (bahasa Sikka); “ma’e gera” (bahasa Ende); “ma’e wora” (bahasa Lio); “ma’e naji” (bahasa Ngada); “ma’e ngasi” (bahasa Nage-Keo); atau “neka rabo” (bahasa Manggarai) yang kesemuanya itu memiliki arti ‘jangan marah’. Perbedaan ekspresi linguistik tersebut bukan karena masyarakat Flores tidak memiliki budaya meminta maaf. Pemilihan frasa jangan marah bukannya tanpa alasan, melainkan lahir dari sistem nilai budaya yang dipakai dalam masyarakat budaya tersebut. Secara khusus, nilai budaya yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan hakikat hubungan antara manusia dengan sesamanya. Artikel ini membahas relasi tindak tutur meminta maaf dengan sistem nilai budaya yang berlaku pada masyarakat tutur tersebut.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0 second(s)