Latar Belakang: Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan gastrointestinal fungsional yang dapat memengaruhi kualitas hidup. Mahasiswa kedokteran merupakan populasi berisiko tinggi karena tingkat stres yang tinggi. Studi ini menggunakan pendekatan potong lintang yang melibatkan 231 mahasiswa kedokteran berusia 18-23 tahun. Tingkat stres dinilai menggunakan Perceived Stress Scale-10 (PSS-10) dan kriteria diagnosis IBS menggunakan kriteria ROME IV, diikuti dengan analisis bivariat menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33,3% responden mengalami IBS, dengan 52,8% mengalami stres sedang, 37,7% stres berat, dan 9,5% stres ringan. Berdasarkan distribusi jenis kelamin, IBS lebih banyak ditemukan pada mahasiswa perempuan (76,6%) dibandingkan laki-laki (23,4%). Rata-rata usia responden adalah 20 tahun. Stres berhubungan signifikan dengan IBS (p=0,003). Temuan ini menunjukkan bahwa tingkat stres yang lebih tinggi berkorelasi signifikan dengan kejadian IBS pada mahasiswa kedokteran. Hasil ini menekankan perlunya strategi manajemen stres yang efektif pada mahasiswa kedokteran untuk membantu menurunkan tingkat stres dan berpotensi mengurangi risiko berkembangnya IBS. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang (cross-sectional) yang melibatkan 231 responden mahasiswa kedokteran yang berusia 18-23 tahun. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Perceived Stress Scale-10 (PSS-10) untuk menilai tingkat stres, serta kuesioner ROME IV untuk IBS sebagai alat diagnostik IBS. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-square untuk analisis bivariat. Hasil: Sebanyak 33,3% responden mengalami IBS, sebanyak 52,8% diantaranya mengalami stres sedang, diikuti oleh stres berat (37,7%) dan stres ringan (9,5%). Uji bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara stres dengan Irritable Bowel Syndrome (IBS) dengan nilai p=0,003. Kesimpulan: Terdapat korelasi yang bermakna antara tingkat stress dengan Irritable Bowel Syndrome (IBS) pada mahasiswa kedokteran. |