Latar Belakang: Di Indonesia, prevalensi remaja berusia >15 tahun yang menderita diabetes mengalami peningkatan sebanyak 0,5% dari tahun 2013 ke tahun 2018. Individu yang menderita diabetes umumnya memiliki kebugaran kardiorespirasi yang buruk. Hal ini disebabkan kondisi kadar gula darah tinggi menimbulkan disfungsi mitokondria, sehingga mengganggu kebugaran kardiorespirasi. Kebugaran kardiorespirasi adalah kemampuan sistem kardiorespirasi untuk memenuhi oksigen pada mitokondria otot skelet saat seseorang melakukan aktivitas fisik. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yang diambil secara cross-sectional untuk melihat hubungan antara kadar gula darah puasa dengan kebugaran kardiorespirasi. Variabel independent terdiri dari jenis kelamin, usia, IMT, dan kadar gula darah. Variabel dependent adalah kebugaran kardiorespirasi. Sampel penelitian adalah mahasiswa/i FKIK Unika Atma Jaya angkatan 2022-2024. Pengukuran IMT menggunakan stadiometer dan timbangan badan. Kadar gula darah diukur menggunakan Glucosemeter. Kebugaran kardiorespirasi diukur menggunakan uji sit to stand test. Analisis data menggunakan uji fisher exact dengan tingkat kemaknaan p-value <0,05. Hasil: Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 101 orang yang terdiri dari 27,7% laki-laki dan 72,3% perempuan. Sebagian besar status gizi dalam penelitian ini adalah normal (47,5%). Sebagian besar kadar gula darah dalam penelitian ini adalah normal (85,1%). Sebanyak 48,5% responden memiliki kebugaran kardiorespirasi buruk. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kebugaran kardiorespirasi (p=0,038), sedangkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dan kadar gula darah dengan kebugaran kardiorespirasi (p=0,403 dan 0,777). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kebugaran kardiorespirasi, sedangkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dan kadar gula darah dengan kebugaran kardiorespirasi. |