| Fenomena koleksi mainan nostalgia menunjukkan bahwa objek konsumsi dapat memiliki makna psikologis yang lebih dalam daripada sekadar nilai ekonominya. Bagi sebagian individu dewasa muda, aktivitas mengoleksi mainan yang pernah menjadi bagian dari masa kecil bukan sekadar hobi, melainkan bentuk ekspresi diri yang berkaitan dengan kenangan, identitas, dan kesinambungan kehidupan pribadi. Di tengah perubahan sosial dan budaya yang cepat, kegiatan koleksi menjadi cara bagi individu untuk mempertahankan hubungan emosional dengan masa lalu serta menegaskan keberlanjutan diri (self-continuity) di masa kini. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana pengalaman kolektor mainan nostalgia membantu individu dalam membangun identitas diri dan mempertahankan kesinambungan personal melalui hubungan simbolik dengan benda koleksi dan lingkungan sosialnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologis interpretatif (Interpretative Phenomenological Analysis) untuk menggali makna subjektif dari pengalaman kolektor mainan nostalgia. Data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap lima partisipan laki-laki dan perempuan berusia antara 23 hingga 33 tahun yang aktif mengoleksi mainan dengan nilai nostalgia tinggi. Proses analisis mengikuti tahapan tematik yang dikemukakan oleh Braun dan Clarke (2006), mencakup transkripsi, pengkodean terbuka, identifikasi pola, dan penemuan tema utama. Keabsahan data dijaga melalui prinsip trustworthiness (Lincoln & Guba, 1985), meliputi aspek kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Seluruh proses penelitian dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian, termasuk persetujuan partisipan secara sukarela dan penyamaran identitas untuk menjaga kerahasiaan informasi pribadi. Hasil penelitian mengungkap lima tema utama yang menggambarkan pengalaman kolektor mainan nostalgia, yaitu: (1) nostalgia sebagai jembatan antara masa lalu dan masa kini; (2) koleksi sebagai bentuk ekspresi identitas diri dan kesinambungan personal; (3) makna simbolik serta nilai emosional yang melekat pada benda koleksi; (4) aktivitas koleksi sebagai sarana memperoleh pengakuan sosial dan keterikatan komunitas; serta (5) refleksi terhadap diri melalui hubungan dengan bendabenda nostalgia. Temuan ini menunjukkan bahwa kegiatan mengoleksi mainan tidak hanya berfungsi sebagai aktivitas rekreatif, tetapi juga sebagai proses psikologis yang memperkuat self-continuity dan identitas personal melalui konsumsi yang bermakna secara emosional. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman psikologis mengenai hubungan antara nostalgia, identitas diri, dan perilaku konsumtif simbolik, serta merekomendasikan penelitian lanjutan yang meninjau perbedaan konteks budaya dan gender dalam dinamika koleksi nostalgia. |