| Perekonomian Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini, maju dengan cukup pesat. Dengan demikian, tingkat kemakmuran dan standar hidup masyarakat Indonesia turut meningkat pula, Peningkatan standar hidup ini mengakibatkan pula adanya peningkatan kesadaran akan perlunya pendidikan, keamanan, dan pelayanan kesehatan. Peningkatan kesadaran akan perlunya pelayanan kesehatan dapat terpenuhi dengan menjalankan pola hidup sehat serta tersedianya obat-obatan yang diperlukan untuk membantu setiap orang dalam memelihara kesehatannya, Dengan kata lain, obat-obatan turut membantu masyarakat dalam melangsungkan kehidupan yang sehat, sehingga dapat hidup dalam jangka waktu yang lebih lama. Tentu saja, obat-obatan ini harus digunakan sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan peraturan penggunaannya. Supaya penggunaan obat-obatan tersebut sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan peraturan penggunaannya, maka diperlukan adanya orang-orang yang secara khusus mempelajari bidang kesehatan baik fisiologi maupun pathologi yaitu dokter. Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis mengadakan penelitian pada P.T. Kenrose Indonesia, di mana perusahaan tersebut bergerak dalam bidang farmasi yang memproduksi obat-obatan. P.T. Kenrose Indonesia memproduksi kurang lebih 165 jenis obat, sebagian besar (90%) merupakan obat-obatan yang termasuk dalam jenis Ethical Product Daftar G (penggunaannya harus dengan resep dokter). Dari sekian banyak produk P.T. Kenrose Indonesia, Penulis memilih untuk meneliti salah satu produknya, yaitu obat batuk expectorant Silex Sirop, yang termasuk dalam jenis Ethical Product Daftar W (dapat dibeli tanpa resep dokter, tetapi hanya boleh dijual pada took obat berijin, yaitu toko obat yang memiliki tenaga asisten apoteker). Pemilihan ini didasarkan atas masalah yang dihadapi oleh Silex Sirop, yang ditandai dengan turunnya penjualan terus menerus sejak tahun 1989 sampai dengan tahun 1992. Penurunan penjualan ini diakibatkan adanya perubahan strategi promosi (pengalihan anggaran biaya pemasaran kepada produk lain yang belum mapan) yang dilakukan P.T. Kenrose Indonesia dalam mempromosikan Silex Sirop. Kegiatan promosi Silex Sirop selama ini adalah dengan mengirimkan sales representatives kepada para dokter dan kadang-kadang roengeluarkan brosur. Perubahan strategi promosi tersebut dilakukan pada tahun 1987, karena Silex Sirop dianggap sebagai produk yang sudah mapan (established product). Istilah established product digunakan P.T. Kenrose Indonesia terhadap produk yang memiliki tingkat penjualan yang sesuai dengan target penjualan dan memiliki tingkat penjualan yang stabil). Perubahan strategi promosi yang dilakukan menyebabkan kegiatan promosi Silex Sirop menjadi tidak rutin dan tidak terkonsentrasi. Dan juga, Silex Sirop tidak pernah diiklankan melalui media massa. Padahal, sebagai obat yang termasuk dalam jenis Ethical Product Daftar W, diijinkan oleh pemerintah untuk diiklankan melalui media massa. Sehingga P.T. Kenrose Indonesia kehilangan banyak kesempatan untuk menjual Silex Sirop. Dengan menggunakan kembali strategi promosi yang dipakai sebelum Silex Sirop dianggap sebagai produk yang mapan, dapat diharapkan bahwa penurunan tingkat penjualan dapat dihentikan, bahkan dapat ditingkatkan. Dan untuk menunjang tingkat penjualan Silex Sirop, terutama dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, P.T. Kenrose Indonesia perlu mengiklankan Silex Sirop di media massa. |