Angka harapan hidup manusia terus meningkat seiring kemajuan teknologi kesehatan, sehingga proporsi populasi lansia di Indonesia mencapai sekitar 10?% (18,6 juta jiwa) dan diperkirakan naik menjadi 11?% pada tahun 2030 serta 20?% pada tahun 2045. Lansia rentan mengalami gangguan kognitif, dengan prevalensi hendaya kognitif di Indonesia sekitar 17?%. Penelitian ini mengembangkan marker suara untuk deteksi dini hendaya kognitif pada lanjut usia dengan memanfaatkan analisis akustik vokal /a/ dan /e/. Studi observasional melibatkan 107 responden lanjut usia (>60 tahun) di wilayah Tangerang dan Jakarta, tanpa masalah pendengaran/penglihatan, yang direkam suara vokal hidupnya dan diuji kognitifnya menggunakan MoCA-Ina. Data suara diproses menggunakan aplikasi PRAAT untuk pengambilan variabel frekuensi fundamental, amplitudo , formant 1, dan formant 2 untuk setiap vokal . Analisis univariat menunjukkan rata-rata skor MoCA-Ina 23,88 (s=3,42) dan variabilitas terbesar terdapat pada formant 2 /e/ (s˜327 Hz) . Uji t-independen dengan cut-off skor 22 mengidentifikasi perbedaan signifikan hanya pada formant 1 /e/ antara kelompok tidak terganggu (˜499,7 Hz) dan terganggu (˜528,1 Hz) dengan p-value = 0,034. Variabel lain (F0 dan amplitudo /a/, /e/; formant vokal /a/; formant 2 /e/) tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Hasil ini mendukung potensi formant 1 /e/ sebagai prediktor hendaya kognitif. Limitasi meliputi presisi alat perekaman dan kebutuhan kajian faktor lain untuk meningkatkan akurasi. Penelitian menjadi landasan pengembangan instrumen skrining cepat, biaya rendah, berbasis suara untuk deteksi dini gangguan kognitif di komunitas. |