Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak suhu tinggi terhadap kinerja inverter pada sistem panel surya, khususnya kaitannya dengan suhu ambient (suhu lingkungan), suhu internal inverter, serta nilai Performance Ratio (PR) yang dihasilkan. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode membandingkan data simulasi PVsyst terhadap data aktual operasional sistem PLTS on-grid berkapasitas 503,1 kWp yang berlokasi di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan suhu ambient di atas 30°C berpengaruh signifikan terhadap penurunan PR, dimana data aktual mencatat rata-rata PR turun sekitar 2-4% dibanding simulasi PVsyst. Pada hari-hari bersuhu tinggi, misalnya 28 Mei 2024, suhu ambient mencapai 41°C sementara suhu internal inverter meningkat hingga sekitar 80°C. Kondisi ini menyebabkan derating termal inverter, yaitu pengurangan daya output untuk mencegah kerusakan komponen, sehingga PR turun ke kisaran 68-75%. Peningkatan suhu yang tinggi menyebabkan penurunan Performance Ratio (PR), yang berdampak langsung pada terjadinya kerugian energi (heat loss) sebesar 35-49 kWh per hari, padahal energi tersebut seharusnya dapat dikonversi menjadi listrik yang disalurkan ke jaringan (grid).Penelitian ini juga mengkaji solusi teknis untuk mengurangi efek negatif suhu tinggi, yakni melalui sistem pendingin AC dan spot cooling dengan blower, dengan rekomendasi akhir memilih spot cooling karena lebih efisien dan praktis untuk kondisi lapangan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi ilmiah dan praktis dalam menjaga stabilitas performa inverter, sekaligus mendukung keberhasilan sistem energi surya di iklim tropis. |