Masa remaja merupakan fase penting dalam pembentukan identitas diri dan keterampilan sosial. Salah satu aspek yang berperan dalam perkembangan tersebut adalah kecerdasan sosial, yaitu kemampuan individu dalam memahami, merespons, dan membangun hubungan sosial secara efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat kecerdasan sosial remaja berdasarkan gaya komunikasi keluarga, dengan fokus pada gaya komunikasi Laissez-Faire. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan melibatkan 384 remaja berusia 15–18 tahun di wilayah Jabodetabek. Data dikumpulkan melalui kuesioner daring dan luring menggunakan dua instrumen: Tromsø Social Intelligence Scale (TSIS) untuk mengukur kecerdasan sosial dan Laissez-Faire Communication Scale untuk mengukur gaya komunikasi keluarga. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif dan uji korelasi Pearson. Hasil menunjukkan mayoritas remaja memiliki kecerdasan sosial dalam kategori sedang (42,5%) dan gaya komunikasi keluarga juga dominan dalam kategori sedang (47,2%). Uji korelasi Pearson menunjukkan hubungan positif yang sangat kuat dan signifikan antara gaya komunikasi Laissez-Faire dengan kecerdasan sosial remaja (r = 0,911; p < 0,001). Temuan ini menegaskan bahwa pola komunikasi keluarga, khususnya yang memberikan ruang pada percakapan terbuka dan pengakuan terhadap individualitas, berperan penting dalam pembentukan kecerdasan sosial remaja. Hasil ini dapat menjadi masukan bagi orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan dalam merancang program pengembangan karakter dan sosial remaja. |