Media sosial adalah media yang memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi, berbagi, dan menciptakan sesuatu secara daring. Dampak dari media sosial dapat dipengaruhi oleh intensitas penggunaan media sosial, yaitu seberapa sering individu mengakses media sosial. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat membawa dampak negatif, terutama pada remaja. Remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa di usia 12-19 tahun. Remaja mulai mencari identitas diri dengan berbagai cara, termasuk melalui media sosial dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman sebaya. Seringkali remaja berperilaku sesuai standar kelompok agar dapat diterima oleh teman-teman sebaya. Hal ini dapat mempengaruhi autentisitas remaja, padahal autentisitas dapat membantu remaja menghadapi tekanan lingkungan dan menjaga well-being. Autentisitas adalah ketika individu menjadi dirinya yang asli dan jujur terhadap dirinya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan negatif antara intensitas penggunaan media sosial dan autentisitas pada remaja. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan desain korelasional. Peneliti mengumpulkan sampel dengan cara convenience sampling dengan menyebarkan kuesioner di berbagai media sosial. Sampel yang didapatkan berjumlah 416 partisipan dengan karakteristik berusia 15-19 tahun, berbahasa Indonesia, menggunakan media sosial untuk kebutuhan pribadi, mengakses media sosial minimal 1 jam dalam 1 minggu, dan berdomisili di Jabodetabek. Hasil yang didapatkan dianalisis dengan uji korelasi Spearman’s rho one-tail. Hasil penelitian membantah hipotesis penelitian karena tidak ditemukan hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dan autentisitas pada remaja. Hal ini dapat disebabkan oleh partisipan yang merupakan generasi Z tumbuh di era digital sejak lahir. Penelitian autentisitas berikutnya dapat dilakukan dengan variabel lain yang berasal dari dalam individu sendiri. |