Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pola asuh tiger parenting dan pembentukan self-esteem pada dewasa muda. Tiger parenting menekankan pencapaian akademik, kedisiplinan ketat, dan kontrol menyeluruh dari orang tua terhadap berbagai aspek kehidupan anak. Dalam praktiknya, pendekatan ini sering kali mengabaikan kebutuhan emosional, ruang eksplorasi diri, serta kesempatan bagi anak untuk membangun identitas yang sehat. Konteks ini menjadi penting untuk ditinjau karena pengalaman pengasuhan pada masa kecil membawa pengaruh hingga masa dewasa muda, termasuk terhadap pembentukan self-esteem dan cara individu memandang dirinya sendiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus intrinsik pada tiga partisipan berusia dewasa muda yang memiliki latar belakang pengasuhan dengan ciri-ciri tiger parenting. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi-terstruktur untuk menggali pengalaman mendalam dari setiap partisipan. Analisis data dilakukan secara tematik, dengan menelaah pengalaman partisipan melalui elemen-elemen pembentukan self-esteem, seperti penerimaan diri, pengenalan kebutuhan pribadi, serta kemampuan menjalin hubungan sehat dengan diri sendiri. Hasil penelitian menunjukkan ketiga partisipan mengalami tekanan besar pada aspek akademik, emosional, dan sosial keluarga. Satu partisipan mampu mengembangkan penerimaan diri lebih baik, sedangkan dua lainnya menunjukkan tantangan signifikan dalam membentuk self-esteem. Salah satu partisipan bahkan mengalami disiplin ekstrem melalui hukuman fisik dan verbal yang memicu gejala complex PTSD, seperti hilangnya rasa aman dan arah diri. Partisipan lain merespons kontrol berlebihan dengan perilaku memberontak, sedangkan yang lain cenderung menahan ekspresi diri dan takut membuat kesalahan. Temuan ini menegaskan bahwa pengasuhan dengan kontrol tinggi dan minim kehangatan dapat menghambat perkembangan identitas, otonomi, dan kesadaran diri hingga masa dewasa muda. |