Masa emerging adulthood (usia 18–25 tahun) ditandai dengan eksplorasi identitas dan ketidakstabilan emosional yang rentan terhadap penurunan psychological well-being. Salah satu aktivitas yang diyakini dapat mendukung psychological well-being adalah mendengarkan musik, khususnya musik klasik. Musik klasik diketahui memiliki efek menenangkan, meningkatkan konsentrasi, serta berpotensi mendukung regulasi emosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi mendengarkan musik klasik dan psychological well-being pada emerging adulthood. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan 85 partisipan berusia 18–25 tahun yang mendengarkan musik klasik. Instrumen yang digunakan mencakup kuesioner frekuensi mendengarkan musik klasik dan Ryff’s Psychological Well-Being Scale (PWBS) versi 42 item. Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson karena data berdistribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi mendengarkan musik klasik dan psychological well-being secara keseluruhan (r = -0.178; p = 0.103). Analisis per dimensi juga tidak menemukan hubungan signifikan pada keenam dimensi PWBS. Mayoritas partisipan mendengarkan musik klasik kurang dari 5 jam per minggu. Temuan ini mengindikasikan bahwa frekuensi mendengarkan musik klasik saja tidak mempunyai korelasi dengan psychological well-being pada emerging adulthood. Faktor lain seperti preferensi musik, konteks emosional saat mendengarkan, serta keterlibatan emosional terhadap musik klasik mungkin memainkan peran yang lebih besar. Studi ini memberikan kontribusi awal dalam memahami peran musik klasik terhadap psychological well-being dan membuka peluang penelitian lebih lanjut dengan pendekatan yang lebih mendalam dan variabel kontrol yang lebih kompleks. |