Penggunaan TikTok sebagai penyedia konten video pendek pada dewasa muda menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa waktu ke belakang. Ciri khas yang berkontribusi atas popularitasnya adalah desain antarmuka infinite scrolling, yang memungkinkan pengguna memuat konten-konten baru tanpa batas melalui gerakan menggulir dengan usaha minim. Mekanisme infinite scrolling memfasilitasi sesi penggunaan berkepanjangan dan menjebak pengguna dalam siklus berulang yang sulit dihentikan. Alih-alih mencari hiburan untuk menghilangkan boredom, cara konsumsi konten seperti ini justru dapat memperburuk boredom. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh paparan infinite scrolling di TikTok pada tingkat boredom emerging adults.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif, dengan menggunakan pendekatan quasi-experiment dan desain within-subject, yang mereplikasi studi Tam & Inzlicht (2024). Penelitian menggunakan teknik convenience sampling, dan berhasil melibatkan 43 mahasiwa/i aktif UNIKA Atma Jaya BSD dengan rentang usia 18-25 tahun. Pengumpulan data dilakukan secara luring dengan pemberian perlakuan, kondisi non-scrolling dan scrolling, yang di counterbalance untuk memastikan hasil penemuan tidak dipengaruhi oleh urutan perlakuan. Metode analisis data yang digunakan adalah uji Friedman dan uji Wilcoxon Signed-Rank.
Hasil analisis data Friedman Test menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antar urutan pemberian perlakuan, ?²(1) = 0.030, p>0.05. Selanjutnya, hasil analisis data Wilcoxon Signed-Rank Test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi perlakuan, Z = –1.215, n = 43, p>0.05. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara infinite scrolling di TikTok dan boredom. Penemuan ini tidak selaras dengan hasil penelitian sebelumnya. Peneliti berharap penemuan ini bisa menjadi arahan yang mendorong penelitian lanjutan. |