Lansia yang tinggal di panti wreda sering kali diasosiasikan dengan kondisi psikologis yang menurun akibat keterbatasan sosial dan jarak dengan keluarga. Namun, belum banyak kajian yang menggambarkan bagaimana lansia tetap mampu mengalami emosi positif dalam situasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi emosi positif lansia yang tinggal di panti wreda X Semarang. Kerangka teoritis mengacu pada teori emosi positif oleh Shiota et al. (2006). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi untuk memahami makna pengalaman emosi positif partisipan. Partisipan terdiri dari empat orang lansia yang dipilih menggunakan teknnik purposive sampling dengan kriteria: tinggal di panti wreda dan berada dalam rentang umur 65 – 84 tahun. Data diperoleh melalui wawancara semi-terstruktur dan dianalisis menggunakan metode analisis tematik oleh Braun dan Clarke (2006). Validitas data diuji dengan member checking. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi-dimensi positif muncul dalam setiap partisipan dengan intensitas yang beragam. Kepuasan dan kasih sayang merupakan dimensi yang paling dominan dan stabil dirasakan, sementara hiburan dan kekaguman dirasakan lebih terbatas. Lansia wanita cenderung menunjukkan emosi positif yang bersifat relasional dan terbuka, sedangkan lansia pria lebih menekankan pada harga diri dan perasaan berguna, serta tertutup. Munculnya emosi positif dipengaruhi oleh faktor internal seperti penerimaan diri, makna hidup, dan spiritualitas, serta faktor eksternal seperti relasi sosial, dan pelayanan panti. |