Tingginya angka kematian akibat penyakit kardiovaskular dan meningkatnya tren lari di DKI Jakarta menekankan pentingnya memahami motivasi masyarakat dalam berlari. Olahraga lari dipilih karena bersifat terjangkau, mudah diakses, dan secara ilmiah terbukti lebih berdampak langsung pada kesehatan jantung. Penelitian ini bertujuan menggambarkan motivasi warga DKI Jakarta agar kebiasaan berlari dapat berkelanjutan dan mendukung promosi gaya hidup aktif.
Desain penelitian ini kuantitatif deskriptif dengan 200 responden warga DKI Jakarta (= 17 tahun) yang dipilih melalui convenience sampling. Instrumen Behavioral Regulation in Exercise Questionnaire-3 (BREQ-3) versi Bahasa Indonesia—telah teruji keterbacaan, validitas (KMO = 0,873; Bartlett p < 0,001), dan reliabilitas (a = 0,81)—digunakan untuk mengukur motivasi. Data dianalisis dengan JASP menggunakan statistik deskriptif untuk menghitung ratarata, standar deviasi (SD), nilai minimum, dan maksimum pada skor total yang dihitung dengan Self-Determination Index serta keenam subskala motivasi.
Hasil menunjukkan rata-rata skor total sebesar 8,4 (SD = 6,1; min = –9,36; maks = 20,8), mengindikasikan dominasi motivasi otonom. Subskala tertinggi adalah intrinsic motivation (M = 7,81), integrated regulation (M = 3,87), dan identified regulation (M = 2,82), sementara introjected regulation (M = –1,43), external regulation (M = –2,27), dan Amotivation (M = –2,35) bernilai negatif. Temuan ini mengonfirmasi bahwa warga DKI Jakarta berlari didorong oleh motivasi yang bersifat otonom, seperti karena kepuasan pribadi dan kesadaran manfaat kesehatan yang dapat diperoleh |