Anda belum login :: 26 Aug 2025 02:37 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Gambaran Muscle Dysmorphia pada Laki-laki Emerging Adulthood Pengguna Pusat Kebugaran di Jakarta
Bibliografi
Author:
DJOHAN, FELICE AURELIA
;
Partasari, Wieka Dyah
(Advisor)
Topik:
Muscle Dysmorphia
;
Laki-Laki
;
Emerging Adulthood
;
Bentuk Tubuh Ideal
Bahasa:
(ID )
Penerbit:
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Tempat Terbit:
Jakarta
Tahun Terbit:
2025
Jenis:
Theses - Undergraduate Thesis - Abstract of Undergraduate Thesis
Fulltext:
202107000022_Felice Aurelia Djohan_ Lembar Administrasi.pdf
(698.9KB;
0 download
)
202107000022_Felice Aurelia Djohan_Wieka Dyah Partasari,M.Si,Psikolog_Gambaran Muscle Dysmorphia pada Laki-laki Emerging Adulthood Pengguna Pusat Kebugaran di Jakarta_ 8 Juli 2025.pdf
(609.9KB;
0 download
)
Abstract
Muscle dysmorphia merupakan salah satu bentuk gangguan citra tubuh (body dysmorphic disorder) yang ditandai dengan obsesi terhadap tubuh yang berotot dan ketidakpuasan yang terus-menerus terhadap penampilan fisik khususnya otot, meskipun individu tersebut sering kali sudah memiliki tubuh yang tergolong berbentuk. Gangguan ini umumnya dialami oleh laki-laki dan kerap tersembunyi di balik rutinitas olahraga intensif, diet ketat, serta penggunaan suplemen. Meskipun muscle dysmorphia telah banyak diteliti di negara-negara lain, studi mengenai fenomena ini dalam konteks laki-laki Indonesia, khususnya yang berada pada tahap perkembangan emerging adulthood dan aktif berolahraga di pusat kebugaran, masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana pengalaman muscle dysmorphia tergambarkan pada laki-laki emerging adulthood pengguna pusat kebugaran di Jakarta, serta mengeksplorasi faktor sosial, psikologis, dan biologis yang turut memengaruhinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan wawancara semi-terstruktur pada empat laki-laki usia 18–25 tahun yang telah disaring menggunakan Muscle Dysmorphic Disorder Inventory (MDDI). Seluruh partisipan aktif berolahraga 2–7 kali per minggu selama minimal dua bulan. Analisis data dilakukan dengan metode fenomenologi hermeneutik untuk mengidentifikasi makna dari narasi partisipan. Hasil menunjukkan bahwa seluruh partisipan memiliki indikasi awal muscle dysmorphia, yang ditandai oleh ketidakpuasan terhadap tubuh tertentu serta dorongan untuk menambah massa otot. Faktor biologis seperti berat badan, faktor sosial seperti pengaruh teman dan media, serta faktor psikologis seperti self-esteem dan perfeksionisme turut membentuk pandangan mereka terhadap tubuh. Meski demikian, para partisipan tetap memiliki pemahaman tubuh ideal yang tidak hanya estetis, tetapi juga fungsional dan sehat. Penelitian ini menekankan pentingnya edukasi dan pendekatan komunitas yang suportif di lingkungan kebugaran. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah memperluas cakupan partisipan dengan latar belakang yang lebih beragam agar pemahaman mengenai muscle dysmorphia di Indonesia semakin dalam. Akan tetapi, Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi tubuh ideal pada partisipan tidak hanya berfokus pada estetika, tetapi juga kesehatan dan fungsi fisik. Meskipun terdapat indikasi muscle dysmorphia, partisipan menunjukkan persepsi tubuh yang relatif realistis. Hal ini memunculkan kritik terhadap keakuratan alat skrining MDDI dalam menggambarkan pengalaman MD secara menyeluruh. Oleh karena itu, penelitian ini menyarankan penggunaan metode asesmen tambahan serta partisipan dengan pengalaman gym yang lebih lama atau gejala MD yang lebih berat untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Lihat Sejarah Pengadaan
Konversi Metadata
Kembali
Process time: 0.109375 second(s)