| Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis terhadap kondisi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Katolik di Lapas Kelas I Cipinang Jakarta yang mengalami pergumulan batin mendalam akibat vonis berat, termasuk hukuman mati. Situasi ini sering memicu kehilangan arah hidup dan rasa putus asa. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan dinamika kehidupan para WBP serta merumuskan pendekatan katekese yang mampu menumbuhkan kembali harapan dalam diri mereka. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif melalui wawancara dan observasi terhadap WBP yang mengikuti kegiatan rohani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para WBP mengalami krisis eksistensial dengan berbagai respon emosional seperti takut, kecewa, syok, tidak percaya, bahkan rasa syukur. Secara teoretis, pemikiran Søren Kierkegaard tentang tiga tahap kehidupan, estetik, etis, dan religius, beserta gagasan tentang “lompatan iman”, dipadukan dengan teologi pengharapan Jürgen Moltmann, memberikan kerangka reflektif untuk memahami proses batin mereka. Penderitaan yang dialami para WBP bukanlah akhir, melainkan ruang di mana harapan akan pembaruan hidup dapat tumbuh. Katekese yang relevan menjadi sarana penting dalam memelihara iman serta membangkitkan kembali harapan yang sempat pudar di tengah situasi keterbatasan. |