Di tengah meningkatnya penggunaan antibiotik secara global, lingkungan perairan kini menjadi garis depan yang tak terlihat dalam pertempuran melawan resistensi antimikroba. Resistensi antibiotik merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang semakin serius, dengan ekosistem air berperan sebagai reservoir penting bagi penyebaran bakteri resisten. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi resistensi Escherichia coli yang diisolasi dari air Waduk Rawa Badak terhadap dua antibiotik: ampisilin (ß-laktam) dan meropenem (karbapenem). Uji pendugaan awal dilakukan menggunakan media Lactose Broth, yang menunjukkan hasil positif fermentasi laktosa, mengindikasikan keberadaan bakteri koliform. Selanjutnya, isolasi dilakukan pada media selektif Chromocult Coliform Agar (CCA), menghasilkan 16 isolat presumtif E. coli, yang kemudian dimurnikan pada Nutrient Agar dan diperbanyak pada Nutrient Broth. Identifikasi mikroskopis melalui pewarnaan Gram menunjukkan bahwa isolat merupakan basil (batang) Gram-negatif. Delapan isolat dipilih secara representatif untuk diuji resistensinya menggunakan metode difusi cakram Kirby–Bauer sesuai pedoman CLSI. Hasil uji menunjukkan bahwa isolat dari Titik 2 resisten terhadap ampisilin, sedangkan isolat dari Titik 1 masih sensitif. Tidak ditemukan resistensi terhadap meropenem pada seluruh isolat yang diuji. Namun kesimpulan ini perlu ditafsirkan secara hati-hati karena pengujian belum dilengkapi dengan replikasi dan control strain sensitif sebagai pembanding. Meskipun demikian, temuan ini mengindikasikan adanya potensi paparan antibiotik ß-laktam di lingkungan Waduk Rawa Badak, kemungkinan terkait aktivitas antropogenik di sekitarnya. Studi ini memberikan data awal yang penting untuk pemantauan resistensi antibiotik di lingkungan perairan dan mendukung pengembangan strategi mitigasi untuk melindungi kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. |