Mencapai keberlanjutan merupakan transformasi organisasi yang semakin mendesak akibat meningkatnya dampak perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas ekonomi. Jabodetabek sebagai pusat ekonomi Indonesia menjadi wilayah yang turut menyebabkan dan terdampak perubahan iklim. Dalam konteks ini, perilaku pro-lingkungan karyawan merupakan perubahan perilaku manusia yang krusial dalam mendukung keberlanjutan organisasi. Namun, perilaku ini belum sepenuhnya menjadi bagian dari budaya organisasi. Pemimpin sebagai agen perubahan memegang peran strategis dalam mendorong dan mempertahankan perubahan perilaku tersebut. Model Dua Sisi Mata Uang menjelaskan bahwa kepemimpinan perubahan mencakup semangat untuk belajar, one team one voice, merakyat, serta perangkat kepemimpinan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat prediksi kepemimpinan perubahan terhadap perilaku pro-lingkungan karyawan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis regresi linear sederhana. Alat ukur yang digunakan adalah Skala PEB (Blok et al., 2015; Wesselink et al., 2017) (a = 0,883; validitas r = 0,291 - 0,721) serta Skala Kepemimpinan Perubahan (Panggabean et al., 2023) (a = 0,946; validitas r = 0,696 - 0,875). Sampel penelitian ini adalah 259 karyawan Jabodetabek yang diperoleh dengan teknik convenience sampling.
Hasil menunjukkan kepemimpinan perubahan memprediksi perilaku pro-lingkungan secara signifikan dengan kontribusi sebesar 10,1%. Seluruh dimensi kepemimpinan perubahan berkorelasi positif dengan perilaku pro-lingkungan sehingga pemimpin yang memiliki semangat untuk belajar, mengomunikasikan perubahan, merakyat, serta menjadi panutan dapat mendorong karyawan berperilaku pro-lingkungan. Tidak ada perbedaan signifikan skor perilaku pro-lingkungan karyawan pada kelompok berdasarkan moda kerja sedangkan terdapat perbedaan signifikan skor kepemimpinan perubahan pada kelompok adanya program keberlanjutan. Disarankan agar organisasi dapat melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai perilaku pro-lingkungan bagi pemimpin. |