Anda belum login :: 26 Jul 2025 10:59 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
GAMBARAN BODY IMAGE, MINORITY STRESS, DAN GAY COMMUNITY STRESS LAKI-LAKI HOMOSEKSUAL DI JAKARTA
Bibliografi
Author:
Parmenas, Marcell
;
Partasari, Wieka Dyah
(Advisor)
Topik:
Body Image
;
Minority Stress
;
Gay Community Stress
;
LGBTQ+
;
Orientasi Seksual
Bahasa:
(ID )
Penerbit:
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Tempat Terbit:
Jakarta
Tahun Terbit:
2025
Jenis:
Theses - Undergraduate Thesis - Abstract of Undergraduate Thesis
Fulltext:
202107000024_Marcell Parmenas_Wieka Dyah Partasari, M.Si., Psikolog_Gambaran Body Image, Minority Stress, dan Gay Community Stress Laki-laki Homoseksual di Jakarta_31 Juli - 4 Agustus 2025.pdf
(1.54MB;
4 download
)
202107000024_Marcell Parmenas_LembarAdministrasi.pdf
(859.15KB;
1 download
)
Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh temuan bahwa laki-laki homoseksual lebih rentan membentuk body image yang negatif. Identitas mereka sebagai homosekual dan keterlibatan mereka dalam komunitas gay menciptakan lapisan kompleks dalam pembentukan body image. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana body image, minority stress, dan gay community stress dialami oleh laki-laki homoseksual di Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain dan teknik analisis thematic analysis. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur yang dilakukan secara tatap muka dengan empat partisipan laki-laki homoseksual di Jakarta yang berusia lebih dari 18 tahun. Seluruh partisipan berada pada rentang usia awal 20-an, dan berasal dari latar belakang sosial serta pengalaman komunitas yang beragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan body image laki-laki homoseksual dipengaruhi oleh pengalaman minority stress dan gay community stress yang keduanya mengidealkan maskulinitas. Minority stress muncul dari tekanan budaya heteronormatif yang menjadikan maskulinitas sebagai norma ideal. Sementara itu, gay community stress berasal dari komunitas sendiri yang menilai tubuh maskulin sebagai daya tarik utama dalam konteks relasi sosial dan seksual. Dorongan untuk tampil maskulin menciptakan tekanan internal yang, apabila tidak terpenuhi, memicu kecemasan, rasa tidak diinginkan, dan evaluasi negatif terhadap tubuh sendiri. Tekanan tersebut diperkuat melalui media sosial dan aplikasi kencan yang menampilkan standar fisik dominan. Temuan ini menyoroti bahwa pengalaman psikososial laki-laki homoseksual penting menjadi acuan bagi intervensi yang lebih inklusif.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Lihat Sejarah Pengadaan
Konversi Metadata
Kembali
Process time: 0.09375 second(s)